HAVE YOU EVER by S CLUB 7

Sometimes it's wrong to walk away, though you think it's over
Knowing there's so much more to say
Suddenly the moment's gone
And all your dreams are upside down
And you just wanna to change the way the world goes round
Tell me...

Have you ever loved and lost somebody
Wished there was a chance to say I'm sorry?
Can't you see, that's the way I feel about you and me baby
Have you ever felt your heart was breaking
Looking down the road you should be taking?
I should know, 'cos I loved and lost the day I let you go

Can't help but think that this is wrong, we should be together
Back in your arms where I belong
Now I finally realized
It was forever that I found
I'd give it all to change the way the world goes round
Tell me...

Have you ever loved and lost somebody
Wished there was a chance to say I'm sorry?
Can't you see, that's the way I feel about you and me baby
Have you ever felt your heart was breaking
Looking down the road you should be taking?
I should know, 'cos I loved and lost the day I let you go

I really wanna hear you say that you know just how it feels
To have it all and let it slip away, can't you see
Even thought the moment's gone I'm still holding on somehow
Wishing I could change the way the world goes round
Tell me...

Have you ever loved and lost somebody
Wished there was a chance to say I'm sorry?
Can't you see, that's the way I feel about you and me baby
Have you ever felt your heart was breaking
Looking down the road you should be taking?
I should know, 'cos I loved and lost the day I let...
Yes I loved and lost the day I let...
Yes I loved and lost the day I let you go

Apa yang Terjadi dengan Kita ?

Apa yang terjadi dengan kita ?
Begitu banyak yang ingin kutanyakan padamu, pada hatimu…

Aku yakin, kamu memiliki ingatan yang bagus, tapi apakah kamu masih mengingatku ? Kemarin aku bertemu istrimu di sebuah toko pakaian. Tampaknya, dia ingin mencari pakaian baru untuk kostum lebaran, sama sepertiku.

Kamu tahu, dia terlihat begitu ragu sebelum masuk toko karena dia sudah melihatku di dalam toko itu. Aku mencoba ramah dan menyapa istrimu, dia temanku ketika SD dulu. Mungkin sudah terlalu lama aku tak melihatnya, dia begitu berbeda sekarang. Dia yang dulu begitu pendiam dan pemalu, sekarang berubah menjadi wanita yang modis.

Tapi dia tetap canggung. Dia hanya membalas senyumku, masuk sebentar, memegang beberapa pakaian yang tergantung, lalu keluar dengan segera.

Ada apa dengannya ? Saat itu, aku tidak tahu bahwa dia sudah menjadi istrimu.

Keesokan paginya, aku melihatmu dengan Honda Supra birumu melintas. Kamu juga melihatku. Kamu masih saja menatapku seperti tahun-tahun dulu. Hanya saja, sekarang kamu tak pernah berkata apapun lagi.

Hari itu aku bertemu sahabatku. Kami selalu berbagi banyak cerita. Biasanya, dia yang lebih tahu banyak hal yang terjadi di desa karena aku mulai jarang pulang.

Tiba-tiba, dia bercerita tentangmu. Tentang kamu dan teman SDku dulu yang sekarang sudah menjadi istrimu.

Kapan kalian menikah ? Sudah berapa lamakah ?
Itukah yang membuat istrimu merasa canggung bertemu denganku ?

Aku ingat sahabatku pernah memberitahuku bahwa kamu akan menikah dengan teman SDku itu. Tapi aku pernah berharap itu tak terjadi. Sekarang barulah aku tahu, kamu benar-benar menikahinya.

Lalu, kenapa pagi tadi kamu masih menatapku seperti dulu ?

Kamu sudah menikah. Masih bolehkah aku memikirkanmu ?

Apa yang terjadi dengan kita ?
Begitu banyak yang ingin kutanyakan padamu, pada hatimu…

Cintaku denganmu belum berakhir saat itu. Tahukah kamu, aku tetap menunggumu mengatakan sesuatu. Aku hanya ingin, jika memang sudah tak ada aku di hatimu, akhirilah cinta kita…

Aku terduduk di depan layar televisi saat ini. Menonton sinetron yang jalan ceritanya mulai tidak bermutu. Mungkin seperti jalan pikiranku yang mulai tidak bermutu, masih saja memikirkanmu, dan keputusanmu.

Cintaku padamu, masih sama seperti dulu. Biar kuingatkan padamu, kita sudah saling mencintai sejak kali pertama kita masuk pendidikan formal, sekitar 17 tahun lalu. Kali pertama kamu mencium pipi kananku. Keisengan seorang bocah laki-laki yang menumbuhkan cinta sesungguhnya pada tahun-tahun berikutnya.

Sampai beberapa tahun lalu, tiba-tiba kamu berhenti bicara padaku. Kamu berhenti menemuiku. Dan kamu berhenti menulis surat cinta untukku. Kamu pun tak lagi mendengarkanku bicara. Ada apa ?

Apa karena aku memutuskan meneruskan sekolah di sebuah kota yang jaraknya ratusan kilometer dari rumahmu ?

Tak ada laki-laki yang membuatku jatuh cinta lagi.

Sudah. Memang sudah berakhir.

Malam ini tidurku tak nyaman, bantalku basah kuyup karena air mataku tak berhenti keluar.

Tadi sore aku melihatmu berboncengan dengan istrimu, mengendarai Honda Supra birumu, berdua begitu mesra mengelilingi desa.




-sudah-
September 27th,2009
Dedicated to : Febri
Terima kasih atas kenangan masa kecil yang tak terlupakan

s t e l l a r


When I was child, I want to be an astronaut.
Go to the moon or another star and live there.
Drinking tea every afternoon, watch the earth come up.
That day, I saw you who shining like a star.
And my dream was change..
I want to be an astronaut but not live in the moon.
I want to stay in earth with you.
Loving you everytime, no need living in the moon because you are stellar…


Ana duduk di sebelah Faris, beberapa jam tanpa suara. Mereka berpikir keras dan mencoba menyusun kalimat-kalimat yang tidak sempat tersampaikan sebulan lalu.
‘ Kamu bahkan selalu memintaku mengakhiri semua ini..’
‘ Aku punya alasan ’
‘ Ya, aku tahu. Takkan berguna jika aku meneruskan pembicaraan ini. Aku tak pernah cukup pintar melawanmu berdebat ’
‘ Jangan begitu.. kali ini aku benar-benar sedang merasakan rindu padamu..’
Faris tertunduk. Rasa marah dan rindu bercampur di dadanya. Lalu Ana mencoba membujuk Faris, laki-laki yang usianya lebih muda 4 tahun darinya. Ana mendekat, lalu mengecup pipi kiri Faris.
Faris tetap diam dan tak berekspresi walaupun dia merasakan marah yang semakin menjadi-jadi. Dia mengangkat kepalanya lagi.
‘ Sedang merasa rindu? Apa aku tidak salah dengar?’
‘ Tidak, aku benar-benar merindukanmu.. entah kenapa..’
‘ Kamu datang karena rindu, lalu bagaimana jika aku yang merasa rindu padamu?!!’
Kali ini giliran Ana yang tertunduk.
‘ Kamu tahu, kamu sangat-sangat tahu bagaimana perasaanku.. Sudahlah, aku setuju mengakhiri semua ini.’
Ana terperanjat. Dengan seketika dia mendekap tubuh Faris.
‘ Kenapa kamu berubah pikiran?’
‘ Aku tidak berubah pikiran. Cinta telah cukup memberikan siksaan untukku. Cukup aku mengenal dan merasakan sedikit cintamu, walaupun mungkin kamu tidak sepenuh hati. Hatiku pun Cuma ada satu, jadi aku setuju mengakhiri semua ini..’
Faris mencoba melepaskan dekapan Ana. Ana tiba-tiba menangis.
‘ Tak perlu menangis. Aku tak pernah menyakitimu bukan? Pulanglah… kakakku pasti sudah menunggumu pulang.’
Faris mencoba berdiri. Dia harap Ana segera keluar dari kamarnya. Namun Ana tak bergeming, dia tetap terduduk di sofa berwarna coklat tempat mereka biasa bergumul melampiaskan cinta.
‘ Kamu marah?’
‘ Tidak, hanya saja sedikit sulit menerima semua. Kehidupan kakakku terlalu sempurna, dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan, termasuk kamu. Sangat berbeda denganku. Sudah, pulanglah…’
Faris membuka pintu kamarnya, mempersilakan Ana keluar. Ana berdiri lalu berjalan menuju pintu, tapi dia tidak keluar. Dia justru menutup pintu dan menguncinya.
‘ Pahami rasa rinduku…’
Ana memeluk tubuh Faris.
‘ Ana, pulanglah.. Aku paham rasa rindumu.’
Faris melepaskan tangan Ana dari lehernya.
‘ Kamu sudah tidak menginginkanku lagi? Apa sudah menemukan perempuan yang seperti bintang itu?’
‘ Kamu lah yang tidak pernah memahamiku. Aku terlalu banyak bermimpi selama ini..’
Faris kembali membuka pintu dan menyuruh Ana pulang.
‘ Baiklah jika kamu setuju. Kita tak akan bertemu dengan cara seperti ini lagi. Ah, seandainya boleh memilih, aku ingin dilahirkan sepantaran denganmu, dengan begitu mungkin aku tak bertemu Fandhi lebih dulu… Aku pamit.’
Faris tak menimpali kata-kata Ana lagi. Dia menahan rasa sakit lagi membiarkan Ana pergi. Dia melihat Ana berjalan menjauh dari kamarnya, dirasakan matanya mulai basah tapi segera dia usap dengan punggung tangannya.

Beberapa menit kemudian handphonenya bergetar. Ada pesan dari Ana.

From : S T E L L A R
+6281343994990
Faris,
Beritahu aku
jika kamu sudah menemukan
perempuan seperti bintang yg slalu
kamu impikan..
Aku akan tenang setelah itu.


Setelah membaca pesan dari Ana, Faris segera keluar dari kamar menuju balkon. Dia melihat langit malam ini penuh bintang. Tangan kanannya menggapai-gapai udara seolah mencoba meraih satu di antara ribuan bintang. Tak ada wajah lain yang dia lihat selain wajah Ana setiap kali melihat bintang.
‘ Mimpiku sudah berakhir. Aku tak akan pernah memilikimu, stellar..’







-It’s end-
September 11th, 2009
Inspired by: Incubus ‘Stellar’

MASA LALU

Masa lalu?
Apa yang terlintas saat mendengar kata ‘masa lalu’? kepedihan kah? Kebahagiaan kah? Atau hanya sebatas kata picisan tanpa makna?
Masa lalu seperti halnya selembar kertas kusam. Kita selalu memandang kertas kusam adalah kertas tanpa daya lagi. Tapi bukan itu. Kertas kusam pernah menjadi kertas paling tangguh yang mengabdikan raganya untuk kehidupan. Dan yang terjadi kemudian adalah hal yang membuat kertas tangguh itu menjadi kusam.
Apa tak ada kata terima kasih pada kertas itu?
Kertas kusam punya masa lalu, sama seperti kita. Bahkan sudah menjadi sesuatu yang hakiki untuk seseorang memiliki masa lalu. Ada tawa, air mata, dan yang pasti nafas.

Masa lalu…
Air pun selalu mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Mencari muara baru untuk bernaung mancari makna hidupnya. Air punya nafas, sama seperti kita. Kita pun tanpa sadar mengikuti arus air yang selalu setia mencari muara baru demi sebuah ketenangan hidup, dan hidup akan terus mengalir sama seperti air.
Aku terlalu banyak bicara, dan mencoba berfilosofi seperti kopi yang ditulis Dewi Lestari. Aku tetap tak pandai bermain kata dan merangkai makna. Yang aku tahu, hanya mencoba menyampaikan sedikit rasa untuk hidup. Karena terkadang kita lupa bahwa kita bahagia hidup seperti ini. Apapun keadaannya, jika kita bersyukur.
Aku bukan penyair yang mampu berkias arti dan menghibur hati yang terluka. Aku bukan Tuhan yang mendengar doa dan mengabulkan pinta. Aku manusia biasa. Tak bisa menghapus masa laluku, walaupun aku begitu menginginkannya. Ada bagian cerita yang tak berwarna karena hampir-hampir hitam pekat.

Aku tetap menjadi aku sampai saat ini. Aku adalah aku lengkap dengan ratusan masa lalu yang tak mampu jika ku ceritakan selama satu minggu padamu. Bahkan masa lalu tergelapku masih ku peluk di dadaku. Kadang masih ku rindukan pula. Untuk apa?

Jika kini aku sadari, masa lalu tak akan kembali walau kita tangisi, masa lalu tak akan terhapus dengan satu jentikan jari walau menyakiti.

Selembar kertas kusam pun masih mampu bernafas jika di daur ulang. Bermetamorfosa menjadi wujud baru yang lebih ajaib. Jadi, apa yang salah dengan masa lalu? Sekali pun itu kelam…

Masa lalu untukku adalah pembelajaran terhebat yang bahkan tak mampu seorang guru besar pun mengajarkannya padamu.

CARAMEL ICE CREAM

Ada hal yang tidak aku mengerti darimu. Kamu selalu melumat habis es krim rasa karamel setiap hari. Kenapa? Apa rasanya begitu lezat? Gigimu bisa keropos karena kebiasaanmu itu.
‘ Apa kamu tidak takut sakit gigi atau menjadi gemuk karena setiap hari makan es krim?’
‘ Tentu saja tidak.. Kamu mungkin perlu mencoba memakannya…’
Kamu menyodorkan es krim yang sudah kamu gigit tadi. Ah, tawaranmu menggodaku. Aku tidak terlalu tertarik dengan es krim rasa karamel itu, aku lebih tertarik dengan bekas gigitanmu.
‘ Kamu tidak perlu malu, cobalah… Kamu bisa ketagihan!’
Kali ini kamu semakin mendekatkan es krim itu ke mulutku. Perlahan aku membuka mulut, dan menggigit bagian es krim yang sudah kamu gigit. Enak, rasanya manis, itu pasti karena gigitanmu.
‘ Bagaimana?’
Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaanmu. Ingin sekali ku jawab bahwa es krim yang ku makan berasa sangat enak karena gigitanmu. Tapi ku urungkan niatku. Kamu akan terkekeh mendengar jawabanku yang dipengaruhi sugesti. Aku masih sadar, untungnya.

-CARAMEL ICE CREAM-

Sore itu hujan tiba-tiba turun, aku sudah menantikannya. Seketika kamu menelponku dari rumahmu. Mungkin di sana juga sedang hujan.
‘ Akhirnya, hujan turun juga… Kamu senang?’
‘ Ya, tentu saja. Apa di situ juga hujan?’
‘ Hmmm, seperti itulah… Selamat ya, kamu sudah terlalu lama menunggu hujan datang...’
‘ Hahaa.. Kamu ternyata masih ingat celotehku waktu itu..’
‘ Ya, aku tahu kalau kamu lebih mencintai hujan daripada aku..’
‘ Dan kamu lebih mencintai es krim karamel daripada aku..’
Kita berdua sama-sama tertawa sore itu. Suara tawamu yang renyah selalu mampu membuatku menjadi seseorang yang diinginkan.
‘ Kamu rindu pada hujan, rindukah juga padaku?’
Kamu bertanya seolah kita sudah 1 bulan tidak bertemu. Aku memandangi tetesan air hujan yang mengalir di kaca jendela kantorku.
‘ Bukankah kita baru saja bertemu semalam?’
‘ Tidak bolehkah jika aku merindukanmu setiap saat?’
Aku terdiam mendengar kata-katamu. Kamu kadang terlalu jujur, namun justru itulah kelebihanmu. Kamu bahkan takkan mampu berbohong walau seujung kuku padaku.
‘ Aku melihat hujan, ada kamu di situ…’
‘ Aku juga merindukanmu..’

-CARAMEL ICE CREAM-

Aku masih saja penasaran denganmu. Kamu tidak pernah menjawab pertanyaanku, kenapa kamu sangat menyukai es krim karamel. Kadang jika ku tanyakan, kamu hanya tersenyum kecil lalu dengan segera mengalihkan pembicaraan.
‘ Kamu benar-benar tidak ingin memberitahuku tentang es krim itu?’
Kamu terkekeh. Menertawakan kebodohanku menanyakan hal yang sangat sepele ini. Tapi aku tidak peduli, kamu membuatku sangat penasaran.
‘ Tak ada apapun dengan es krim ini…’
Jawabanmu malah membuatku semakin penasaran saja. Aku diam dan memanyunkan bibirku.
‘ Aku sungguh-sungguh…’
Aku tetap diam. Aku akan tetap diam jika kamu tidak segera memberitahu misteri di balik es krim karamel yang kamu makan setiap hari.
‘ Uh, baiklah.. Kamu tidak perlu marah seperti itu. Tak ada yang spesial dari es krim rasa karamel ini. Ini es krim biasa. Tak membuatku makin cantik ketika memakannya.’
Aku ingin tertawa mendengar kata-katamu. Tapi sebisa mungkin ku tahan, aku ingin kamu melanjutkan ceritamu.
‘ Yang membuatku sangat mencintai es krim ini adalah kamu..’
Wajahmu tiba-tiba merona setelah mengatakan itu. Aku membenarkan letak dudukku.
‘ Aku? Aku bahkan tak suka makan es krim..’
‘ Ya aku tahu itu.. Bukankah dulu kamu memberiku es krim karamel saat kamu memintaku menjadi kekasihmu? Kamu mungkin sudah lupa.. tapi aku tidak. Rasa es krim ini mungkin biasa saja, tapi ada sensasi tersendiri ketika aku memakan es krim karamel sejak itu. Ada cintamu di setiap gigitannya…’
Aku terperangah mendengar penjelasan darimu. Aku memang sudah lupa kejadian itu. Sudah begitu lama, hampir 3 tahun lalu.
‘ Kamu pernah bilang, hujan mampu membuatmu merasa jadi seseorang yang benar-benar hidup. Yang kamu rasakan saat itu mungkin sama denganku setiap kali aku memakan es krim ini, kamu membuatku merasa tetap hidup…’
Aku takjub. Kamu ternyata lebih mengenalku daripada aku sendiri. Aku berdiri dan segera memelukmu. Cinta mampu memberikan sensasi berbeda pada setiap manusia. Dan aku begitu beruntung dicintai seseorang sepertimu.




-end-
September 12th, 2009

B U K A H A T I M U

Entah sejak kapan rasa seperti ini muncul. Sepertinya sudah banyak tahun berganti sejak aku mencintaimu. Oh ya, aku ingat. Saat itu kita sama-sama sedang menjalani ujian masuk sebuah SMP favorit, pertama kali aku melihatmu. Sudah hampir 9 tahun yang lalu. Namun bagiku waktu yang tahunan itu tidak begitu mampu mengukur sejauh apa yang aku rasa padamu.
Saat itu kita menjalani ujian di dalam ruangan yang sama. Mataku tak cukup jeli sebenarnya, tapi saat melihatmu tertawa karena pensilmu tiba-tiba patah, membuatku tak henti-henti memandangi wajahmu. Kamu cukup cantik, dan seketika adrenalinku mengalir semakin deras. Aku ingin mengenalmu. Dan Tuhan sepertinya mengerti keinginan seorang laki-laki kecil yang mulai mengalami masa puber kala itu.
Waktu pengumuman tiba. Namaku menyembul di antara ratusan nama lain yang diterima. Lalu, aku tak tahu siapa namamu. Tapi di ujung laboraturium, kamu dan beberapa temanmu bersorak dan memanjatkan syukur. Aku pun begitu, kita sama-sama akan bersekolah di tempat ini.
Tuhan benar-benar baik padaku. Kita ditempatkan di kelas yang sama, kelas 1-B. Hari berganti, dan akhirnya aku berhasil mengetahui namamu bahkan mengenalmu. Entah karena kebetulan atau apa, kita sering disatukan dalam kelompok kecil. Membuatku semakin dekat denganmu.

Itulah awal aku mengenalmu. Banyak hal yang kamu ceritakan padaku, kamu ingat? Kamu memintaku menjadi sahabatmu. Dan tanpa banyak berpikir, aku segera menganggukkan kepalaku. 9 tahun waktu kita, terlalu banyak yang bisa kuceritakan tentangmu. Kamu mampu memandang banyak hal dari sudut lain yang tak biasa dipandang orang pada umumnya.
Saat itu, kamu selalu bercerita tentang laki-laki berparas seperti Armand Maulana yang membuatmu gila. Kamu berhasil menaklukan dia, dan kalian berpacaran saat kenaikan kelas 2 SMP. Kamu sepertinya mulai sibuk dengan Si Armand, dan aku sedikit terlupakan. Tapi tak apa, kamu akan datang padaku jika kamu bertengkar dengan Armand. Aku masih punya sedikit tempat di hatimu. Kamu sahabatku, terindah untukku.
Hubunganmu tak berjalan mulus. Armand memutuskan hubungan, dan kamu pun dengan mudah mendapatkan penggantinya. Laki-laki setelah Armand yang menjadi kekasihmu, aku lupa namanya. Aku tak begitu menyukainya karena aku tahu, dia juga merayu anak perempuan lain jika kamu tidak ada. Tapi, kamu selalu membanggakannya karena dia ketua OSIS. Hah, ya aku bukan siapa-siapa.

Kamu pernah bertanya, mengapa aku tidak punya pacar atau mengapa aku tak pernah menceritakan padamu siapa perempuan yang aku suka. Dan aku hanya mampu menjawab dalam hati, satu-satunya perempuan yang ada di hatiku adalah kamu. Kamu tidak benar-benar peduli akan jawabanku atas pertanyaanmu, karena kamu memang tidak pernah sungguh-sungguh ingin tahu lebih dalam tentang aku. Kamu hanya ingin membagi padaku tentang kisah cintamu yang baru.
Apa kamu ingat, aku pernah mencoba mengungkapkan perasaanku padamu? Kita masih kelas 3 SMA saat itu. Dan kamu segera tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuanku. Kamu mengira aku bercanda, dan dengan mudah kamu berkata tak mungkin bisa mencintaiku. Dan mungkin memang benar, kamu tak pernah mampu membuka sedikit celah hatimu untukku.
Ada beberapa laki-laki yang sempat memiliki status sebagai kekasihmu saat itu. Dan itu membuatku merasa seperti pecundang, aku tak pernah mampu mengungkapkan betapa aku mencintaimu bahkan aku bisa lebih baik dari semua laki-laki yang pernah kamu ceritakan padaku. Aku tetap pecundang, sampai saat ini. Tak mampu meyakinkanmu.

Saat ini, aku sedang mencari bahan untuk skripsi. Semester depan aku harus mengajukan judul untuk skripsiku. Sama juga sepertimu, walaupun sekarang kita kuliah di jurusan yang berbeda. Aku lebih memilih Teknik Informasi, dan kamu selalu ingin menjadi seorang guru Bahasa Inggris. Kamu selalu bilang, ‘ Bikin orang-orang open minded dengan kemajuan jaman, biar gak dikadalin terus sama orang luar.. Kalau ngomong saja gak bisa, lama-lama kita bisa habis..’.
Dan persahabatan kita masih sama seperti dulu. Aku bersyukur atas itu, meskipun kita semakin jarang saja bertemu.

Tadi malam kamu tiba-tiba menelponku. Kamu bilang kamu tidak bisa tidur dan suaramu terdengar serak di ujung sana. Rasa khawatir mulai menyerangku. Ternyata kamu bertengkar dengan kekasihmu yang baru, laki-laki asal Makasar yang pernah kamu kenalkan padaku saat reuni 2 bulan lalu.
Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan angka 1, dan kamu mulai bercerita panjang lebar tentang laki-laki Makasar itu. Kamu bilang dia sering bersikap kasar dan tak segan memukul jika kalian bertengkar. Kamu menangis. Seperti biasa, aku tak perlu berkomentar banyak-banyak karena aku memang cukup mendengarkan saja. Kamu selalu begitu, keras dan sering mengabaikan nasehat orang lain.
Percakapan kamu tutup dengan kalimat, ‘ aku tetap mencintai dia karena aku yakin dia juga sebenarnya sangat mencintaiku’. Jam 3 pagi, kamu mulai lelah dan menutup telepon tanpa mengucapkan terima kasih padaku. Tak apa, itu pun sudah biasa.
Namun tadi malam, kamu membuatku merasa sangat lemah. Waktu 9 tahun aku jalani dengan menempatkanmu di hati terdalamku, tak pernah terganti meski banyak hati menghampiri. Kamu sudah terlelap di sana, dan untuk pertama kali aku menangis setelah menahun bertahan mencintaimu. Selama ini aku tak pernah merasa begitu lemah karena mencintai sahabatku. Kamu tetap sahabatku, tetap terindah untukku.

Inikah cinta buta?
Tak perlu khawatir. Apapun yang kamu lakukan, meski menyakitkanku, aku tetap mencintaimu…





-Not yet-
September 12th, 2009
Inspired by Armada ‘ Buka Hatimu ‘


Biar lelah tetap menggelayut mimpi
Biar sunyi mencaci maki
Aku masih sendiri

Hujan, buliran airmu ku rindukan
Aku masih sendiri di temaram ini

Biar bulan tak lagi meminjam cahaya matahari
Biar dia lihat aku sendiri
Masih bercumbu dengan sepi

Ku isap perlahan luka pagi hari
Rasanya tetap sengilu Januari

Ah, ternyata kamu masih belum pergi
Masih saja tertawa membayangi
Biar kering air mata ini,
Biar mengembang senyumanmu nanti !
Lalu,
Segeralah pergi dari kehidupanku… !
Mati membusuk bersama kemenanganmu !!


buat Indonesia


Happy Anniversary 64th Indonesia

Hoping U getting well soon,
And wish U all the best...!!!



s e p i


Malam tetap malam, kian kelam
Pagi tak kunjung menampakkan gigi
Sudah lelah aku di sini
Sepi

Sepi, hanya sepi
Ingin kubunuh sepiku
Ingin sekali !
Sayang, aku tak bisa
Tak sanggup
Dan takkan

Aku terlalu sombong untuk mengakui
Untuk mengatakan
Bahwa hanya sepi yang mampu mengerti

Gundah-gundah berlari menghampiri
Kian sendiri
Hanya sepi menyanyi
Menyayat hati dengan sebuah elegy

Malam kian kelam
Biar saja,
Biar sepi seperti aku di sini

Debu Kering


aku masih tertunduk,
diam tanpa decak

debu itu jatuh
dari udara
debu itu terbang
tanpa bahasa

kami sama-sama
mencari arti kehidupan

aku tidak begitu kuat
dayaku tak begitu besar
ya, seperti debu

mampukah menjawab
semua fatamorgana
bukan nyata
aku diam
aku hanya jalang,
bukan malaikat

kapan dia datang?

debu-debu kering menari tragis
apa dia mengerti itu?

sudah terlalu lama aku diam

kapan dia datang?
puaskan aku dengan kata-kata
yang bermakna
walau picis
tak berharga

lalu,
kapan dia datang?

aku menunggu
sampai mengering seperti debu

tentang plagiatnya D'Masiv...


Ehm ehm, udah lama banget yah denger brita tentang D'Masiv tukang jiplak lagu orang, wuih santer abiz! Tadinya sih aku cuma tahu yang Cinta ini Membunuhku, katanya mirip sama lagunya My Chemical Romance yang I Don't Love You... What? Pas brita itu muncul ke permukaan, ciyee, aku lagi seneng banget dengerin I Don't Love You. Dan aku sama skali ga ngrasa kedua lagu itu mirip, eh pas didengerin baek2 intronya, maap, miriiiip... Cuma intronya doank. Tapi ngomong2, pantesan pas pertama denger Dilema, kok kayak pernah denger gitu, yah aku juga suka sama Muse, he persis tuh lagu sama Soldier's Poem punya si Muse! Alah ya udah lah, maybe cuma kebetulan ato yg biasa Rian-vokalis D'Masiv bilang mereka cuma terinspirasi gitu, jadi wajar donk... 

Aku ga terlalu ngikutin perkembangan brita itu lagi walopun britanya makin lengkap, maklum sibuk ngerjain tugas kuliah, di kost ga ada tipi, dan jarang banget ke warnet,hee... dan parahnya banyak yg tiba2 dateng bak pahlawan yg memaksakan diri jadi pencari bukti bahwa D'masiv emang plagiat . Tadinya, aku yg hobi nyanyi dan ga bisa hidup tanpa musik, ngrasa sedikit ga trima sama ratusan hujatan yg ditujukan buat D'Masiv. Soalnya, lagunya emang easy listening.. Ee, ternyata ada bukti yg menyatakan gini :

Dan Kamu = Head Over Heels punya Switchfoot
Cinta ini Membunuhku = I don’t Love U punya My Chemical Romance
Dilema = Soldier Poem’s punya MUSE
Sebelah Mata = The Take Over, The Break's Over-nya Fall Out Boy
Cinta Sampai Disini = Lifehouse yang Into the Sun
Lukaku = Drive nya INCUBUS
tak pernah rela = KEANE yg Is It Any Wonder
Diam Tanpa Kata = Awakening punya Switchfoot

Duh, jadi bingung mo ngebelain gimana..? Setelah menyelidiki di internet, dapet deh info dari sebuah wordpress punya mantan Masivers yg isinya tentang lagunya D'Masiv yg diduga njiplak punya orang lengkap beserta lagu jiplakannya. Yah, emang sih mirip... tapi ya ga keseluruhan lagunya persis plek! Ada yg intronya doank, ada yg intronya lagi, ada yg cuma bass-nya aja, tapi skali lagi maap... ada yg persis sama lah cuma diganti liriknya doank, uh... kecewa deh...

Aku sih ga terlalu ikut campur lagh, apalagi ikut2an menghujat D'Masiv. Mereka bebas berkarya kok, kalo aku menghujat mereka toh aku juga ga bisa bikin lagu yg lebih baek... Mending dengerin ajah. Teruz2, lagu baru mereka yg Jangan Menyerah, lagi2 dibritain mirip Fallin Away with You-nya Muse. Buktiin! Kalo menurutku, ga terlalu ah...mirip dikit banget intronya, tapi selanjutnya ga juga kalo dibandingin Dilema sama Dan Kamu yg mirip abiz sama lagunya orang lain!

Yg aneh lagi, sindrom menghujat D'Masiv berlanjut ke 'Jiplak Cover Aerosmith'... Ah, ada2 aja sih kalian para pembenci D'Masiv! Teruz katanya video klip Merindukanmu ada Korean Versionnya gitu... Eeh pas ditonton ternyata ga mirip sama skali. Udahlah, STOP! Daripada sibuk cari brita jiplakan D'Masiv lagi, mending lakukan hal yg lebih positif dari itu.

Anggap aja D'Masiv khilaf kek...

Biarain aja mereka berkarya di industri musik Indonesia. Bukannya membela, lagian para penghujat juga terlalu berlebihan... Doain aja di album kedua mereka bisa bikin lagu yg ga menuai kontroversi kayak gini, so ga menyinggung banyak pihak.

Duh, D'Masiv...Kalian kok apes banget sih? Padahal ada juga band yg pernah nyontek kostum manggung My Chemical Romance. Ada juga yg kata temenku, band yg lagu2nya mirip punya The Cranberries gitu, padahal itu band favoritku..hahaaa. Ada lagi pendatang baru cewek seksi yg katanya nyontek lagunya Sean Paul, he, jujur itu lebih mirip. Ada juga video klip penyanyi cowok yg cakep juga orangnya, malah konsepnya mirip penyanyi jazz asal Amerika, Jason Mraz.

Tapi ya udahlah, maklum dong... not di dunia kan cuma ada 7, ya ga??? So, kalo ada musisi yg lagunya mirip2 yah wajar gitu.... Manusiawi juga kalo kamu bikin lagu dan lagu kamu mirip sama lagu band favorit kamu...



THE HOMEWORK

Woi woi woi... ini dia, beberapa hal positif yg layak dicoba buat ngilangin stress gara2 problem yg berbeda...

1. Ga mungkin ngubah orang yg ga mau berubah, so..yg bisa dilakukan adalah ngubah situasinya.

2. Apa salahnya sih ngejomblo? Bukankah kamu justru bebas & punya kesempatan lebih mengenal dirimu sendiri...? Pacar bukanlah alasanmu untuk hidup!
3. Lakukan yg kamu pengen lakukan sekarang juga!
4. Jangan biarkan orang bikin kamu ngrasa buruk karena ngejomblo.
5. Ingatkan dirimu bahwa kamu ga lagi bersaing dengan teman sekelasmu di kampus.
6. Jangan tunda tugasmu sampe detik-detik terakhir!
7. Bergaullah dengan orang yg suka berteman denganmu secara tulus.
8. Hadapi orang yg bikin kamu minder, dan berpikirlah realistis...nobody perfect in this world!
9. Pertahankan apa yg kamu yakini bener tapi bukan berarti menolak untuk mendengarkan.

10. Jangan hidup dengan kata awal 'gimana kalo.....'!!!!


11. Lupakan masa lalu, dan jangan lamunkan masa depan.
12. Hidup dan nikmatilah masa sekarang!
13. Tiap kali ngrasa cemas, bawalah dirimu tepat ke masa sekarang dan berkonsentrasilah pada pernapasan. Pikirkan 5 hal yg menyenangkan.
14. Bicarakan kecemasanmu, maka kamu bakal sadar betapa sia-sia dan ga mungkinnya kecemasan itu.
15. Jujurlah pada dirimu dan ungkapkan ke semua orang yg bikin kamu kecewa.
16. Jangan mikirin sesuatu secara berlebihan!!
17. Salurkan rasa marah jadi sesuatu yg positif =)
18. Berhentilah memikul tanggung jawab atas kesengsaraan orang lain.
19. Jangan renungkan hal-hal yg sudah terjadi, hampir semua orang kadang bersikap buruk!
20. Negative thinking..? Ubahlah fokusmu! Ketimbang mikirin bahwa kamu ga bisa lakukan sesuatu, bayangkan betapa hebatnya kalo kamu bisa lakukan hal itu. Inget, kalo kamu belum nyoba, kamu ga bakal pernah tahu...
21. Eeeh, kamu kadang lupa kalo kamu BAHAGIA!
22. Ingetlah bahwa kamulah yg negndaliin hidupmu.
23. Jangan jadi Drama Queen, alias Ratu Drama, alias Lebay.
24. Belajar berkompromi donk, nerima bahwa kamu ga selamanya bisa dapetin apa yg kamu mau!
25. Bersikap tegas, bukan agresif.
26. Kadang dalam beberapa hal, kamu perlu membela diri lho...
27. Bersikap jujur tentang perasaanmu, ga usahlah memperpanjang masalah sepele.
28. Say...'TENANG'
29. Say...'NO'

30. Beri waktu lebih pada dirimu sendiri, oke?
31. Cobalah untuk rileks.
32. Atur nafas...perlu dicoba.
33. Membiasakan hidup teratur...!
34. Batasi waktumu untuk cemas.

35. Coba deh berpikir di pagi hari saat pikiranmu masih fresh, lebih obyektif lho hasilnya!

36. Heheheh, olahraga bisa ngilangin stress.

37. Pasang kuping & denger baek-baek waktu kamu berdebat.
38. Tidurlah yg cukup...
39. Dun forget, makan makanan yg sehat!
40. PANIK? cukup 2 menit.
41. Bersiap-siap tiap nglakuin sesuatu, jadi kamu ga bakal keburu-buru.

42. Atasi rasa sakit hatimu, banyak jalan koq...

43. Ga usah gengsi, mintalah bantuan.

44. Hei, jangan terpengaruh mood orang lain!
45. Juga jangan terpengaruh masalah orang lain.
46. Jangan cemas.

47. Belajar melepaskan...lihat no.24
48. Tempatkan segalanya sesuai proporsi yah!
49. Temukan apa yg penting dari setiap hal yg terjadi.
50. Lakukan 1 hal tiap hari yg bikin kamu seneng...

Selamat Mencoba, muga2 bisa sedikit bantu ngilangin stress...

Aku dan Hujan


Siang ini, hujan mampir sebentar di rumahku.
Menghapus terik yang sudah seminggu menunggu.

Aku membuatkannya secangkir teh hangat,
hujan lalu meminumnya dengan semangat.

Rasanya kami memang sudah lama tidak berjumpa.
Kami berpelukan...dalam setiap tetes airnya.

Hujan lalu bertanya padaku, 'mengapa kamu masih di sini?'
Aku menjawab, 'aku masih menunggunya...'
Hujan mengernyitkan dahinya, 'siapa yang kamu tunggu? laki-laki itukah?'
Aku diam.

Hujan mengusap kepalaku, 'mengapa kamu suka menyiksa batinmu sendiri? bukankah kamu sudah terlalu lama menunggu? pergilah segera...'
'Tak ada yang seperti dia', kataku.
Hujan menggelengkan kepalanya, 'tapi dia tidak peduli!'
Aku diam lagi sebentar lalu mengatakan, 'aku tetap menunggu sampai dia bicara, kalau perlu sampai dia membuka hatinya...'

Tiba-tiba hujan menangis tersedu-sedu.
Aku tidak mengerti. Aku mencoba menghiburnya, tapi tangisnya justru semakin menjadi.
Hujan mengguyur hingga malam tiba.

Gedebuk Love sama Efek Rumah Kaca??


Efek Rumah Kaca, rasanya aneh kalo ada sebuah band yang pake istilah itu sebagai nama band mereka. Suatu sore pas aku lagi nonton acara musik, mataku ga berkedip lihat layar tv saat MC menyebutkan nama guest star yang hadir waktu itu. Yap, Efek Rumah Kaca. Aneh banget....

Kayaknya baru pernah denger ada band yang namanya aneh. Beberapa menit kemudian, diputarlah video klip Efek Rumah Kaca yang berjudul 'Cinta Melulu'. Idiiih, liriknya kok nyindir banget? " Nada-nada yang minor, lagu perselingkuhan... Atas nama pasar semuanya begitu klise... Elegi patah hati, ode pengusir rindu... Atas nama pasar semuanya begitu banyak..."

Tapi, aku jadi mikir, emang bener kok... Lagu-lagu jaman sekarang temanya cinta melulu. Wah, band ini brani juga, pikirku. Terus di akhir acara, band itu membawakan lagu mereka yang lain dengan iringan sebuah gitar, judulnya 'Di Udara'. Lagu itu bikin aku jatuh cinta sama Efek Rumah Kaca.

Beberapa waktu berlalu, seiring makin menjamurnya acara-acara musik yang menampilkan band-band baru yang lumayan keren, aku kehilangan Efek Rumah Kaca. Rasa penasaran sama band itu bikin aku makin rajin mantengin acara musik. Tapi aku ga dapat apa-apa. Di jaman serba canggih, aku ga kpikiran sama sekali buat nyari info lewat internet. Bego... Padahal mereka sudah dibanjiri pujian dari berbagai kalangan. Hufft, 

Setelah jungkir balik dan berjuang sekuat tenaga, akhirnya aku dapat lagu, info beserta gambar-gambar Efek Rumah Kaca. Seneng banget bisa dengerin lagu-lagu mereka, bisa memahami seni yang mereka sajikan dengan cara mereka sendiri lewat liri-lirik mereka yang cukup sadis.

2 album mereka bertajuk Efek Rumah Kaca dan Kamar Gelap sudah masuk ke otakku. Aku semakin jatuh cinta sama mereka. Karena aku seneng banget sama lagu-lagu yang mellow, otomatis aku jadi gandrung banget dengerin 'Desember', mewakili perasaanku sebagai orang yang jatuh hati pada hujan dan langit yang menggelayut kelabu. 'Lagu Kesepian' yang sangat menginspirasiku...

Ada juga 'Jatuh Cinta itu Biasa Saja' yang bukan bermaksud menggurui, tapi mengingatkan bahwa cinta tidaklah buta, seharusnya. Bener-bener salut sama mereka. Apalagi, belum lama mereka dapat penghargaan dari Class Music Hero. Aku setuju banget, band yang ga banyak omong tapi prestasi mencorong. Emang susah banget ketemu sama Efek Rumah Kaca di TV, tapi yah ga papa deh. Atau aku yang emang kurang up-date yah? Aku yakin mereka bakal terus menghasilkan karya khas mereka yang sangat sangat beda dari band lain.

Aku bukan pengamat musik yang baik, karena yang aku bisa adalah menikmati musik. Musik memberikan banyak inspirasi dalam hidup, musik menjadi sebuah ekspresi. Dan buat aku, aku sangat menikmati musik dari Efek Rumah Kaca. Tetap berkarya, dan sukses terus yaaaaach.....

i miss u


Pagi ini aku terbangun dengan perasaan kacau. Aku mimpi buruk, dia hadir dalam mimpiku. Menyelinap tanpa suara, lalu menghilang.

Aku melihat debu bertebaran di balik jendela. Aku tahu, aku hanya bermimpi. Tentang dia dan senyumnya. Karena terlalu merindukannya, mungkin...

Entah, dia itu apa, sulit bagiku mendefinisikannya. Anugerah terindah atau hanya sepenggal mimpi buruk?? Hidupku penuh tanda tanya sejak dia ada.

Aku menyalakan radio butut di atas meja. Mendengarkan musik mungkin bisa sedikit membantu menyadarkan otakku. Lagu mulai terdengar, I Miss You milik Incubus. Suaranya pelan, sepertinya versi akustik.

Ah, ternyata tidak membantu. Lagu itu justru membuat dia tertawa dan berlari-lari di dalam kepalaku.

To see you when I wake up is a gift I didn't think could be real. To know that you feel the same as I do is a three-fold, utopian dream. You do something to me that I can't explain. So would I be out of line if I said, I miss you.I see your picture, I smell your skin on the empty pillow next to mine. You have only been gone ten days, but already I'm wasting away. I know I'll see you again whether far or soon. But I need you to know that I care and I miss you. (Incubus-I Miss U)

Angin bertiup kencang di luar kamarku. Dan aku melihat debu masih setia bertebaran di balik jendela.

DANIA

Aku melihat Nafis menangis. Mungkin menangisiku. Aku tak begitu tahu. Aku mencoba menggenggam tangannya, tapi dia menolak. Rasa benci, pasti sudah menguasai hatinya. Dia tetap terisak, dan aku, aku hanya bisa diam. Aku membiarkan air mata Nafis tumpah. Sungguh bukan hal yang kuinginkan. Aku benci jika Nafis menangis.
Sedetik kemudian, Nafis berlalu dari hadapanku. Tatapan matanya seolah mengatakan dia tak sudi melihatku lagi. Kakiku terasa berat sekali, aku tak bisa berdiri dan mencegah Nafis pergi. Aku tetap duduk di sini, dan terdiam.
Malam ini, aku tidak bisa tidur. Aku kangen sekali dengan Nafis. Uuuhh, dia benci padaku sekarang. Aku tersentak ketika handphoneku berbunyi, Dania menelpon. Aku tak mengangkatnya, tapi Dania kembali menelpon, 3 kali berturut-turut.
Aku melepas kacamata lalu mengangkat telpon dari Dania. Dia begitu bersemangat, dia begitu ceria. Dania menanyakan keadaanku hari ini, dia tertawa dan tertawa. Begitu lepas. Seandainya dia tahu, hari ini aku buruk sekali.
Dia tetap saja tertawa, dia selalu membuatku ikut tertawa. Dia selalu seperti ini, tidak pernah mengeluh, yang dia lakukan adalah mencoba membuatku tertawa. Setiap hari.
keesokan harinya, aku mencari Nafis di kampus. Hari ini dia kuliah jam 10 di lab kimia. Nihil. Dia tak ada di manapun. Aku benci seperti ini. Aku benci tidak bisa bertemu Nafis, bahkan handphonenya pun terasa sangat kompak, tidak aktif.
Aku hampir-hampir terjatuh di parkiran ketika Dania memanggilku. Dia melambaikan tangannya dan berlari mendekatiku. Dia terlihat cantik. Dan seperti biasanya, dia tertawa padaku. Tawanya melumerkan semua rasa benci di hatiku. Dania menggandeng tanganku, kami memutuskan untuk pulang ke kostku.
Dania mulai menceritakan banyak hal, semua hal yang dia katakan selalu saja memaksaku untuk tertawa. Aku seperti melayang, aku lupa, seharusnya aku mencari Nafis.
Aku tak tahan. Aku mengecup bibir Dania. Aku senang melakukannya. Dia pun sama. Dania melepas kacamataku, kami berciuman, lidah kami berkelindan. Aku melayang untuk kesekian kalinya.
Aku segera memakai celana dan kaosku, tiba-tiba aku ingat pada Nafis. Dania terlihat kecewa dengan sikapku tadi. Aku memakai kacamataku. Aku duduk di atas kasur, Dania masih berbaring di situ.
Dia kembali menanyakan keadaanku. Aku benci sekali padanya. Aku sungguh benci pada Dania. Aku bahkan menyesal bertemu dia. Dania membuatku hilang keseimbangan.
Dania lalu diam. Dia segera merapikan bajunya, dia membenahi isi tasnya. Dia mencium pipi kananku, lalu pamit pulang. Dan, aku melihat dia meneteskan air mata ketika dia keluar dari kamarku.

Pagi ini aku bertemu Nafis, aku mengejar dan menarik lengannya. Bisa dibilang, aku kasar. Dia berontak dan mencoba melepaskan tangannya. Aku membujuknya untuk bicara sebentar. Aku benar-benar ingin mengatakan sesuatu padanya.
Nafis setuju. Kami duduk dan diam cukup lama. Aku memberanikan diri membuka obrolan. Wajahnya suram, dia masih sangat marah.
Aku mencoba menenangkannya, dan aku beruntung dia mau mendengarkanku. Aku meminta Nafis untuk melepaskan aku, aku tidak ingin menyakitinya lagi. Nafis menggenggam tanganku.
Aku tak ingin banyak bicara, jadi aku hanya mengulangi kata-kataku tadi. Aku ingin Nafis melepaskan aku. Nafis langsung menangis, uh, aku benci jika seperti ini. Nafis bertanya apa alasannya, apa salahnya. Aku tidak bisa menjawab. Aku hanya mengatakan tiga kata, aku tidak sanggup.
Aku meninggalkan Nafis di kampus. Aku meninggalkan perempuan yang selama ini aku kira aku mencintai dia. Dan aku tahu aku salah, aku tak pernah mencintai dia. Aku justru memaksakan diri.
Aku pulang, aku kembali ke kost. Aku cukup kaget karena ternyata Dania ada di sana. Dia membawakan aku roti tawar dan selai strawberry kesukaanku. Aku tak bereaksi apapun, aku membuka pintu kamar dan menyuruhnya masuk.
Dania membuka roti dan segera mengolesinya dengan selai. Aku hanya memperhatikan gerakannya. Dia sama sekali tak mengatakan apapun. Dia mengambil piring di atas portofolioku, dia menaruh roti itu di piring dan memberikannya padaku.
Dania duduk di sebelahku. Dia menungguku bicara. Aku segera memeluknya, kencang sekali. Dia mengusap-usap kepalaku. Aku berbisik di telinganya. Aku mencintai dia, aku tidak ingin dia pergi. Tapi dia tetap diam. Aku melepaskan dekapanku. Dia hanya tersenyum
Dania bilang, dia sudah mengatakan cinta padaku berulang kali. Dan aku tak pernah menghiraukan kata-katanya, sampai aku menyadari, aku juga mencintai dia. Aku kembali memeluknya, aku memintanya menjadi istriku. Dania menganggukkan kepalanya.

aku percaya kamu

Aku berjalan di sebelah Irin, mencoba mengimbangi langkahnya. Dia diam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepadaku. Aku memandangi wajahnya yang putih, ada tahi lalat di pipi kanannya. Lamunanku buyar begitu saja saat dia menepuk pundakku.
“ Woii… ih, garing! Kenapa kamu diem aja sih…?” Kata Irin sambil memperbaiki kunciran rambutnya. Dia memanyunkan bibirnya seperti biasa kalau dia merasa bosan. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.
“ Lah, kamu juga diem aja kok…” Kataku.
Dia menggaruk kepalanya dan mendesah, “ Nov, aku takut kamu bosen sama aku…” katanya lagi, Irin menatap langit. Matanya sedikit sayu.
Entah kenapa, ketakutan yang dia katakan terasa menyerangku juga. Aku tidak begitu mengerti kenapa dia mengatakan hal itu.
“ Kok tanya kayak gitu sih? Apa kamu yang bosen sama aku?” aku balik bertanya kepadanya.
Dia langsung menatapku tajam. Matanya melotot, bola matanya seakan mau keluar. Dengan gerakan yang begitu cepat dia mencubit lengan kiriku.
“ Ya gak mungkin lah…, aku harap, aku bisa sayang terus sama kamu Nov…” Dia berbicara tanpa berkedip menatap mataku.
Aku tidak tahu kenapa, aku merasa sangat senang saat Irin mengatakan hal itu. Mungkin cewek bisa juga menggombali cowok, dan aku rasa aku tidak bodoh. Dia jujur, aku tahu itu. Aku tahu dia menyayangi aku, dengan tulus.

……………………………….

Aku meletakkan tasku di atas meja. Pagi ini sebenarnya aku masih mengantuk, malas sekali berangkat ke sekolah. Aku mengarahkan pandanganku ke seluruh penjuru kelas. Seperti biasa, anak-anak cewek sudah berkumpul di pojok kelas untuk berbagi gosip-gosip tidak bermutu.
Aku tersentak saat bahuku ditepuk dari belakang. Aku membalikkan badan.
“ Hai…” Irin menyapaku, dia tersenyum untukku.
Aku yang tadinya agak merasa dongkol karena kaget langsung membalas senyumannya.
“ Hai, kamu kok udah di sini..? “ Tanyaku, aku mengisyaratkan padanya agar duduk di sebelahku.
Irin duduk di sebelahku, lalu menggenggam tangan kananku. Seketika jantungku bekerja semakin cepat. Kami lalu sama-sama terdiam. Aku merasa suasana menjadi kaku, jadi aku berusaha membuka pembicaraan.
“ Rin, kok tadi gak dijawab?” Tanyaku meminta jawaban atas pertanyaanku sebelumnya.
“ Mmm, emang gak boleh kalo aku pengen ketemu Novak?” Dia memandangiku.
Ah, dia selalu membuat aku merasa senang.
“ Ya boleh… aku, aku…mmmm…” aku bingung mau mengatakan apa lagi kepadanya.
Tiba-tiba dia tertawa melihatku salah tingkah.
“ Duuh, gak usah grogi kayak gitu Sayang…” Kata Irin, dia menggenggam tanganku lebih erat lagi.
Aku menggaruk-garuk kepalaku. Aku semakin salah tingkah saja dengan sikapnya.
“ Bentar lagi bel, kamu balik ke kelas kamu gih…” Kataku.
Mendengar kata-kataku, Irin langsung melepaskan tanganku. Ada sedikit ekspresi kecewa di wajahnya.
“ Nanti kamu telat looh…” Kataku lagi, mencoba memberikan dia pengertian. Aku tidak ingin dia marah.
Irin lalu menganggukkan kepalanya. Dia berdiri dan merapikan roknya. Aku ikut berdiri dan berpikir untuk mengantarnya sampai depan kelasnya.
“ Aku balik dulu yah...” Irin langsung pergi setelah mengatakan itu.
Kakiku serasa terkunci di tempat. Aku tidak bisa berjalan dan mengantarnya. Aku hanya memandangi punggungnya, rambutnya yang dikuncir bergerak-gerak saat dia berjalan, semakin menjauh dari kelasku.
“ Nov, kamu masih jalan sama Irin ya?” Tiba-tiba Sheila menyerangku dengan pertanyaan itu.
Aku hanya mengerutkan dahiku, aku tidak tahu kenapa dia menanyakan hal yang tidak ada hubungan sama sekali dengannya.
“ Bego amat sih Nov, semua anak juga udah tahu kalo dia cuma mau manfaatin kamu…” Sheila mengatakan hal itu dengan berapi-api.
“ Tahu dari mana?” Tanyaku, ada perasaan enek di hatiku.
Sheila berkacak pinggang, “ Banyak buktinya, ini fakta Nov! Siapa sih cewek yang gak naksir Novak? Kamu kan atlet bola, populer di sekolah… kenapa kamu mau-maunya pacaran sama cewek kayak Irin sih?” Dia bertanya seolah-olah dia tahu segalanya tentang Irin.
Aku tidak bereaksi dengan kata-katanya. Aku hanya menghela nafas.
“ Aku saranin ya Nov, mending kamu putusin Irin deh sebelum kamu nyesel.. Irin kan cuma mau nebeng terkenal doang…!!” Sheila lalu kembali ke tempat duduknya setelah mengatakan saran dan kritiknya untukku.

………………………


Aku berjalan menyusuri koridor sekolah yang sudah mulai sepi. Latihan hari ini cukup melelahkan karena ada beberapa anak yang bolos. Aku terus berjalan menuju tempat parkir sepeda motor. Aku melewati base camp anak-anak cheerleader, dan seperti biasa aku selalu mendengar cewek-cewek itu membicarakan para pemain basket dan sepak bola, entah kenapa namaku seperti menjadi hot news sepanjang tahun. Aku berhenti sebentar di depan base camp, sedikit ingin tahu apa yang mereka ributkan mengenai aku.
Saat itu aku langsung tersadar, mereka hanya membicarakan tentang hubunganku dengan Irin. Mereka bilang, kami adalah pasangan yang sangat tidak cocok karena Irin sama sekali tidak punya andil apapun dalam organisasi siswa dan tidak juga memiliki prestasi yang bisa dibanggakan.
Aku memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu dan langsung pulang untuk mandi.

………………………………

Aku menyandarkan tubuhku ke tiang gawang sambil menenggak sebotol air mineral. Pandangan mataku menyapu seluruh bangku penonton, aku berharap dapat menemukan Irin, tapi aku tidak berhasil menemukan sosoknya. Aku menundukkan mataku ke bawah, memandangi rerumputan yang tumbuh di lapangan.
“ Novak…!!” Suara teriakan itu membuat kepalaku kembali terangkat. Itu suara Irin, aku tahu.
Irin melambaikan tangannya ke arahku. Dia tersenyum. Aku suka sekali. Lalu aku berlari menghampirinya. Dia terlihat cantik dengan kaos warna hijau yang dipakainya.
Irin mengatupkan kedua tangannya. “ Maaf ya, aku telat… tadi aku nganterin adikku ke tempat les dulu…” Dia meminta maaf padaku. Kata-katanya meleburkan semua perasaan jengkel yang sempat hinggap karena terlalu lama menunggu dia.
Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai tanda menerima permintaan maafnya.
“ Ih, pasti ngambek deh..? kok diem aja..?” Irin bertanya lagi, wajahnya tampak khawatir.
Aku lalu menggelengkan kepalaku. Itu saja. Kadang membuat dia khawatir sedikit membuatku senang, sekedar meyakinkan hatiku kalau Irin memang sangat menyayangiku.
Irin lalu memberiku sekaleng minuman ion. “ Maaf ya, ini buat kamu… biar mainnya semangat!” Katanya.
Aku menerima minuman itu, lalu dengan segera kukecup pipi kanannya. Dia sangat kaget karena tidak menyangka aku akan menciumnya, wajahnya memerah seketika.
“ Kalau ada Irin, tanpa minuman ion pun aku pasti semangat…” Kataku, lalu aku kembali bergabung dengan tim sepak bolaku di lapangan.
Aku belajar bahwa kita memang memerlukan pendapat orang lain dalam kehidupan kita. Tapi ketika kita mengambil keputusan yang kita tahu itu adalah tepat untuk kita jalani, kita tidak perlu peduli pandapat orang lain. Dan aku tahu, aku sangat comfort pacaran dengan cewek biasa seperti Irin.

an Elegy Behind the Black Clouds



Aku menyusuri jalanan becek ini seorang diri. Tak ada seorang pun yang terlihat di jalan ini, mungkin mereka enggan keluar rumah karena hujan terus saja mengguyur kota sejak pagi. Aku menghirup nafas panjang, mencoba mencium aroma hujan yang khas, dan menikmatinya.

Hujan sudah reda ketika aku sampai di depan rumah. Aku membuka gerbang dan meletakkan payung di teras. Baru beberapa saat aku mencoba merapikan rambut dan jaketku, hujan turun lagi.

Aku melangkah lagi ke jalan setapak, air hujan membasahiku seketika. Aku sungguh mencintai hujan, bahkan ketika semua orang mengeluh karenanya, aku tetap mencintai hujan. Lalu ku coba menatap langit di atas mataku, benar-benar kelabu, seperti hatiku.

Entah kenapa, tiba-tiba aku menangis.

Aku mencoba menghapus air mataku, namun tak berguna karena air hujan justru menghapusnya lebih dulu.
Hujan hari ini seolah menumpahkan semua derita yang ku alami. Aku terduduk di jalan becek itu dan menangis sejadi-jadinya.
Hujan hari ini seolah memberiku kesempatan untuk berteriak atas semua duka yang menimpa. Bahkan hujan tetap saja setia mengguyur ketika badanku mulai menggigil.

Aku sungguh mencintai hujan...

Pada akhirnya, hujan pun tahu apa dan siapa yang aku tangisi. Hujan pun mengerti sakitnya perasaanku saat ini. Hancurnya harapan dan rasa kehilangan seseorang dari kehidupan.

Hanya hujan yang tahu betapa aku merindukan orang itu saat ini. Aku sungguh mencintai hujan, seperti aku mencintainya. Aku setia menunggu hujan reda, sampai nanti ketika hujan memulihkan luka, dan aku akan tetap merindukannya sampai hujan tak lagi meneteskan duka...

”Meski ku tak tahu lagi engkau ada di mana,
dengarkan aku... ku merindukanmu....”

tentang hujan

satu hal yang mampu menyembuhkan luka kehidupan adalah guyuran hujan

ketika hujan turun, orang-orang berlari mencari tempat berteduh
tapi tidak denganku.
aku akan tetap berjalan, dan menikmati hujan selagi aku masih bisa

hujan menyanyikan laguku,
hujan membacakan syairku,
dan hujan membelai wajahku lembut




hujan. hujan. hujan.
aku mencintai hujan seperti bumi
bumi takkan bertahan tanpa hujan

aku tahu,
hujan memberi kekuatan di tiap tetesnya

when the day met the night


when the moon fell in love with the sun
all was golden in the sky
all was golden when the day met the night

when the sun found the moon
she was drinking tea in the garden
under the green umbrella trees
in the middle of summer

when the moon found the sun
he looked like he was barely hanging on
but her eyes saved his life

in the middle of summer



so he said, "would it be alright if we just sat and talked for a little while, if in exchange for your time I give you this smile..."



so she said, "that's okay, as long as you can make a promise not to break my little heart or leave me all alone in the summer..."


all was golden in the sky when the day met the night
in the middle of summer...


by_panic! at the disco...

(...inSomNia)

Aku mencari-cari, apa yang sedang ku pikirkan. Sudah tiga hari ini aku tidak tidur. Aneh memang. Karena itu, aku mencoba untuk menjalani hari seperti biasanya.
Pagi hari aku bertemu Vino, lalu kami berdua naik angkutan umum menuju sekolah. Kami banyak bercerita sepanjang jalan, mengomentari kesibukan jalanan yang kami lewati. Tanpa ku sadari, orang-orang di dalam angkutan sedang memperhatikan kami. Huh, aku benci jika ada orang yang menatap tajam padaku dan Vino, seakan-akan kami adalah makhluk asing yang akan menginvasi bumi mereka.
Aku segera menarik tangan Vino ketika supir meneriakkan nama sekolah kami, SMA Pancasila, tanda bahwa kami sudah sampai dan harus segera turun. Vino tiba-tiba tertawa saat kenek mengembalikan uangku. Katanya, aku bayar terlalu banyak. Aneh, biasanya aku dan Vino juga membayar dengan nominal yang sama.

Kami tetap saja saling bercerita, Vino mengantarku sampai ke depan kelas. Dia lalu melambaikan tangan dan berlari menuju kelasnya sendiri.
Aku mengikuti pelajaran seperti biasa. Mengerjakan soal-soal kimia dan biologi pada jam terakhir. Dan ketika bel berbunyi, anak-anak dengan segera memasukkan semua buku ke dalam tas masing-masing dan bersiap untuk pulang.
Saat aku keluar kelas, Vino sudah menunggu di depan kelas, dia duduk di bangku panjang bersama anak-anak kelas lainnya. Aku tersenyum dan segera menggandeng tangannya. Kami memutuskan untuk pulang dengan jalan kaki. Dia bilang siang ini mendung, dia ingin bermain hujan denganku.
Ternyata memang benar, lima menit kami keluar dari sekolah, hujan segera mengguyur dengan derasnya. Tapi Vino tetap tenang, bahkan dia menyuruhku untuk tetap berjalan di sampingnya. Dia bilang, air hujan akan memulihkan semua luka kehidupan.

Vino lalu merangkul pundakku dan memintaku tersenyum, dia hanya memastikan kalau aku tidak kedinginan. Ah, dia memang selalu membuatku merasa berharga.
Ketika sampai di rumah, Bunda sudah menungguku di teras. Wajahnya begitu khawatir. Dia segera berlari dan memelukku. Dengan sejuta pertanyaan dia menyerangku, dia menangis, aku tidak mengerti. Diambilkannya handuk, dia mengeringkan badanku sambil menangis. Bunda, aku hanya main hujan dengan Vino, aku baik-baik saja. Tapi Bunda sepertinya tidak begitu peduli dengan kata-kataku.
Setelah mandi, aku mulai membaca materi fisika di buku catatanku. Besok ulangan. Tapi, aku tidak betah membaca materi itu. Aku malah memikirkan Vino. Aku kangen sekali padanya.
Aku mencoba menelpon ke handphonenya, tapi tidak aktif. Kenapa ya? Hmmm, mungkin dia juga sedang belajar. Aku memutuskan untuk belajar lagi sampai jam sepuluh.
Aneh, mataku rasanya tetap tajam. Aku sama sekali tidak mengantuk. Tiba-tiba Bunda masuk ke kamarku, dia menyuruhku untuk tidur. Aku hanya mengangguk lalu mencium pipinya.
Bunda lalu keluar setelah memastikan aku terbaring di kasurku. Aku masih bisa mendengar suaranya di ruang tamu, dia berbicara dengan Ayah. Sepertinya serius sekali, tapi aku tidak ingin tahu.
Aku mencoba rileks dan menutup mata setelah menyalakan musik relaksasi di MP4-ku. Tidak ada bayangan apa-apa yang muncul di kepalaku. Aku yakin, aku tak memikirkan apa atau siapa, bahkan Vino. Aku tetap tidak bisa tidur.
Jam 2 pagi, Ayah dan Bunda pasti sudah tidur. Aku keluar kamar menuju dapur, lalu meminum segelas air putih. Aku menyalakan televisi di ruang tengah, mencari chanell yang masih menyiarkan programnya sampai tengah malam.
Aku menonton filmnya Mel Gibson, The Patriot, berharap aku bisa mengantuk saat menontonnya nanti. Tapi tidak, aku tetap terjaga sampai Bunda bangun untuk sholat Subuh.
Bunda yang kaget melihatku langsung duduk di sebelahku, dia memelukku. Dia menangis lagi dan memintaku untuk tak memikirkan apapun lagi.
Aku balas memeluknya, aku memintanya untuk tidak menangis lagi. Aku tidak apa-apa. Jadi untuk apa Bunda menangis? Aku berjanji padanya.
Aku tetap merasa segar ketika berangkat sekolah. Aku menunggu Vino di tempat biasa. Lama. Lama. Vino tidak datang juga. Aku melihat jam di tanganku, jam tujuh lewat sepuluh. Kami sudah terlambat sepuluh menit. Lalu aku menelponnya, masih tidak aktif. Aku mulai khawatir.
Aku kembali ke rumah. Aku malas berangkat kalau tidak ada Vino. Bunda bertanya padaku kenapa aku kembali. Aku bilang, aku sudah menunggu Vino tapi Vino tidak datang ke tempat kami biasa bertemu sebelum berangkat sekolah.
Seketika Bunda memelukku lagi. Dia menangis. Dia mengusap-usap kepalaku lembut. Aku tetap tidak mengerti, kenapa belakangan ini Bunda suka sekali bersikap hiperbol. Aku meyakinkan Bunda bahwa tak terjadi apa-apa, dia tak perlu sekhawatir itu padaku.
Bunda mengambilkan segelas air putih untukku. Sambil terisak-isak dia membelai rambutku. Ah, aku semakin bingung dengan sikap Bunda. Aneh.
Aku kemudian memberitahunya, aku dan Vino tidak bertengkar. Aku harap dia bisa sedikit lega setelah mendengar itu, tapi aku salah, tangisnya justru semakin deras.
Aku terdiam. Beberapa saat kemudian setelah dia tenang, dia mulai bicara. Dia memintaku untuk tidak mengkhawatirkan Vino lagi. Vino sudah bahagia, dan Bunda memintaku untuk tidak membebani Vino.
Aku tetap tidak mengerti perkataan Bunda. Setelah mendengar banyak pesan dari Bunda, aku masuk kamar. Ada foto Vino terpampang di bingkai dekat jendela. Aku meletakkan tasku, dan mengambil fotonya. Aku memandanginya. Dia sangat manis.
Aku tertawa mengingat semua hal indah yang pernah kami alami. Dan tiba-tiba, rasa sesak datang menyergap seluruh pembuluh darahku. Aku manatap foto itu lekat-lekat. Melihat senyumnya. Tidak, dia tidak tersenyum. Aku berteriak, aku menangis sejadi-jadinya.

Aku melempar foto itu ke jendela. Bingkai itu pecah berantakan. Seberantakan hatiku, aku tersadar, ya, aku tersadar. Aku mengerti kata-kata Bunda. Vino sudah pergi, meninggalkan sejuta kenangan kami empat hari yang lalu, untuk selamanya.

SELAGI KAU LELAP

Sekarang pukul 01.30 pagi di tempatmu.

Kulit wajahmu pasti sedang terlipat di antara kerutan sarung bantal. Rambutmu yang tebal menumpuk di sisi kanan, karena engkau tidur terlungkup dengan muka menghadap ke sisi kiri. Tanganmu selalu tampak menggapai, apakah itu yang selalu kau cari di bawah bantal ?

Aku selalu ingin mencuri waktumu. Menyita perhatianmu. Semata-mata supaya aku bias terpilin masuk ke dalam lipatan seprai tempat tubuhmu sekarang terbaring.

Sudah hampir tiga tahun aku begini. Dua puluh delapan bulan. Kalikan tiga puluh. Kalikan dua puluh empat. Kalikan enam puluh. Kalikan lagi enam puluh. Kalikan lagi enam puluh. Niscaya akan kau dapatkan angka ini : 4.354.560.000

Itulah banyaknya milisekon sejak pertama aku jatuh cinta kepadamu. Angka itu bisa lebih fantastis kalau ditarik sampai skala nano. Silakan cek. Dan aku berani jamin engkau masih ada di situ. Di tiap inti detik, dan di dalamnya lagi, dan lagi, dan lagi…

Penunjuk waktuku tak perlu mahal-mahal. Memandangmu memberikanku sensasi keabadian sekaligus mortalitas. Rolex tak mampu berikan itu.

Mengertilah, tulisan ini bukan bertujuan untuk merayu. Kejujuran sudah seperti riasan wajah yang menor, tak terbayang menambahinya lagi dengan rayuan. Angka miliaran tadi adalah fakta matematis. Empiris. Siapa bilang cinta tidak bisa logis. Cinta mampu merambah dimensi angka dan rasa sekaligus.

Sekarang pukul 02.30 di tempatmu.

Tak terasa sudah satu jam aku di sini. Menyumbangkan lagi 216.000 milisekon ke dalam rekening waktuku. Terima kasih. Aku semakin kaya saja. Andaikan bisa kutambahkan satuan rupiah, atau lebih baik lagi, dolar, di belakangnya. Tapi engkau tak ternilai. Engkau adalah pangkal, ujung, dan segalanya yang di tengah-tengah. Sensasi ilahi. Tidak dolar, tidak juga yen, mampu menyajikannya.

Aku tak pernah terlalu tahu keadaan tempat tidurmu. Bukan aku yang sering ada di situ. Entah siapa. Mungkin cuma guling atau bantal-bantal ekstra. Terkadang benda-benda mati justru mendapatkan apa yang paling kita inginkan, dan tak sanggup kita bersaing dengannya. Aku iri pada baju tidurmu, handukmu, apalagi pada gulingmu… sudah. Stop. Aku tak sanggup melanjutkan. Membayangkannya saja ngeri. Apa rasanya dipeluk dan didekap tanpa pretensi? Itulah surge. Dan manusia perlu beribadah jungkir-balik untuk mendapatkannya? Hidup memang bagaikan mengitari Gunung Sinai. Tidak diizinkannya kita untuk berjalan lurus-lurus saja demi mencapai Tanah Perjanjian.

Kini, izinkan aku tidur. Menyusulmu ke alam abstrak di mana segalanya bisa bertemu. Pastikan kau ada di sana, tidak terbangun karena ingin pipis, atau mimpi buruk. Tunggu aku.

Begitu banyak yang ingin kubicarakan. Mari kita piknik, mandi susu, potong tumpeng, main pasir, adu jangkrik, balap karung, melipat kertas, naik getek, tarik tambang… tak ada yang tak bisa kita lakukan, bukan? Tapi kalau boleh memilih satu: aku ingin mimpi tidur di sebelahmu. Ada tanganku di bawah bantal, tempat jemarimu menggapai-gapai.

Tidurku meringkuk ke sebelah kanan sehingga wajah kita berhadapan. Dan ketika matamu terbuka nanti, ada aku di sana. Rambutku yang berdiri liar dan wajahmu yang tercetak kerut seprai.

Tiada yang lebih indah dari cinta dua orang di pagi hari. Dengan muka berkilap, bau keringat, gigi bermentega, dan mulut asam… mereka masih beran tersenyum dan saling menyapa ‘selamat pagi’.

BY DEWI LESTARI ‘DEE’

Cerpen favoritQuw… =)

;;