HAVE YOU EVER by S CLUB 7

Sometimes it's wrong to walk away, though you think it's over
Knowing there's so much more to say
Suddenly the moment's gone
And all your dreams are upside down
And you just wanna to change the way the world goes round
Tell me...

Have you ever loved and lost somebody
Wished there was a chance to say I'm sorry?
Can't you see, that's the way I feel about you and me baby
Have you ever felt your heart was breaking
Looking down the road you should be taking?
I should know, 'cos I loved and lost the day I let you go

Can't help but think that this is wrong, we should be together
Back in your arms where I belong
Now I finally realized
It was forever that I found
I'd give it all to change the way the world goes round
Tell me...

Have you ever loved and lost somebody
Wished there was a chance to say I'm sorry?
Can't you see, that's the way I feel about you and me baby
Have you ever felt your heart was breaking
Looking down the road you should be taking?
I should know, 'cos I loved and lost the day I let you go

I really wanna hear you say that you know just how it feels
To have it all and let it slip away, can't you see
Even thought the moment's gone I'm still holding on somehow
Wishing I could change the way the world goes round
Tell me...

Have you ever loved and lost somebody
Wished there was a chance to say I'm sorry?
Can't you see, that's the way I feel about you and me baby
Have you ever felt your heart was breaking
Looking down the road you should be taking?
I should know, 'cos I loved and lost the day I let...
Yes I loved and lost the day I let...
Yes I loved and lost the day I let you go

Apa yang Terjadi dengan Kita ?

Apa yang terjadi dengan kita ?
Begitu banyak yang ingin kutanyakan padamu, pada hatimu…

Aku yakin, kamu memiliki ingatan yang bagus, tapi apakah kamu masih mengingatku ? Kemarin aku bertemu istrimu di sebuah toko pakaian. Tampaknya, dia ingin mencari pakaian baru untuk kostum lebaran, sama sepertiku.

Kamu tahu, dia terlihat begitu ragu sebelum masuk toko karena dia sudah melihatku di dalam toko itu. Aku mencoba ramah dan menyapa istrimu, dia temanku ketika SD dulu. Mungkin sudah terlalu lama aku tak melihatnya, dia begitu berbeda sekarang. Dia yang dulu begitu pendiam dan pemalu, sekarang berubah menjadi wanita yang modis.

Tapi dia tetap canggung. Dia hanya membalas senyumku, masuk sebentar, memegang beberapa pakaian yang tergantung, lalu keluar dengan segera.

Ada apa dengannya ? Saat itu, aku tidak tahu bahwa dia sudah menjadi istrimu.

Keesokan paginya, aku melihatmu dengan Honda Supra birumu melintas. Kamu juga melihatku. Kamu masih saja menatapku seperti tahun-tahun dulu. Hanya saja, sekarang kamu tak pernah berkata apapun lagi.

Hari itu aku bertemu sahabatku. Kami selalu berbagi banyak cerita. Biasanya, dia yang lebih tahu banyak hal yang terjadi di desa karena aku mulai jarang pulang.

Tiba-tiba, dia bercerita tentangmu. Tentang kamu dan teman SDku dulu yang sekarang sudah menjadi istrimu.

Kapan kalian menikah ? Sudah berapa lamakah ?
Itukah yang membuat istrimu merasa canggung bertemu denganku ?

Aku ingat sahabatku pernah memberitahuku bahwa kamu akan menikah dengan teman SDku itu. Tapi aku pernah berharap itu tak terjadi. Sekarang barulah aku tahu, kamu benar-benar menikahinya.

Lalu, kenapa pagi tadi kamu masih menatapku seperti dulu ?

Kamu sudah menikah. Masih bolehkah aku memikirkanmu ?

Apa yang terjadi dengan kita ?
Begitu banyak yang ingin kutanyakan padamu, pada hatimu…

Cintaku denganmu belum berakhir saat itu. Tahukah kamu, aku tetap menunggumu mengatakan sesuatu. Aku hanya ingin, jika memang sudah tak ada aku di hatimu, akhirilah cinta kita…

Aku terduduk di depan layar televisi saat ini. Menonton sinetron yang jalan ceritanya mulai tidak bermutu. Mungkin seperti jalan pikiranku yang mulai tidak bermutu, masih saja memikirkanmu, dan keputusanmu.

Cintaku padamu, masih sama seperti dulu. Biar kuingatkan padamu, kita sudah saling mencintai sejak kali pertama kita masuk pendidikan formal, sekitar 17 tahun lalu. Kali pertama kamu mencium pipi kananku. Keisengan seorang bocah laki-laki yang menumbuhkan cinta sesungguhnya pada tahun-tahun berikutnya.

Sampai beberapa tahun lalu, tiba-tiba kamu berhenti bicara padaku. Kamu berhenti menemuiku. Dan kamu berhenti menulis surat cinta untukku. Kamu pun tak lagi mendengarkanku bicara. Ada apa ?

Apa karena aku memutuskan meneruskan sekolah di sebuah kota yang jaraknya ratusan kilometer dari rumahmu ?

Tak ada laki-laki yang membuatku jatuh cinta lagi.

Sudah. Memang sudah berakhir.

Malam ini tidurku tak nyaman, bantalku basah kuyup karena air mataku tak berhenti keluar.

Tadi sore aku melihatmu berboncengan dengan istrimu, mengendarai Honda Supra birumu, berdua begitu mesra mengelilingi desa.




-sudah-
September 27th,2009
Dedicated to : Febri
Terima kasih atas kenangan masa kecil yang tak terlupakan

s t e l l a r


When I was child, I want to be an astronaut.
Go to the moon or another star and live there.
Drinking tea every afternoon, watch the earth come up.
That day, I saw you who shining like a star.
And my dream was change..
I want to be an astronaut but not live in the moon.
I want to stay in earth with you.
Loving you everytime, no need living in the moon because you are stellar…


Ana duduk di sebelah Faris, beberapa jam tanpa suara. Mereka berpikir keras dan mencoba menyusun kalimat-kalimat yang tidak sempat tersampaikan sebulan lalu.
‘ Kamu bahkan selalu memintaku mengakhiri semua ini..’
‘ Aku punya alasan ’
‘ Ya, aku tahu. Takkan berguna jika aku meneruskan pembicaraan ini. Aku tak pernah cukup pintar melawanmu berdebat ’
‘ Jangan begitu.. kali ini aku benar-benar sedang merasakan rindu padamu..’
Faris tertunduk. Rasa marah dan rindu bercampur di dadanya. Lalu Ana mencoba membujuk Faris, laki-laki yang usianya lebih muda 4 tahun darinya. Ana mendekat, lalu mengecup pipi kiri Faris.
Faris tetap diam dan tak berekspresi walaupun dia merasakan marah yang semakin menjadi-jadi. Dia mengangkat kepalanya lagi.
‘ Sedang merasa rindu? Apa aku tidak salah dengar?’
‘ Tidak, aku benar-benar merindukanmu.. entah kenapa..’
‘ Kamu datang karena rindu, lalu bagaimana jika aku yang merasa rindu padamu?!!’
Kali ini giliran Ana yang tertunduk.
‘ Kamu tahu, kamu sangat-sangat tahu bagaimana perasaanku.. Sudahlah, aku setuju mengakhiri semua ini.’
Ana terperanjat. Dengan seketika dia mendekap tubuh Faris.
‘ Kenapa kamu berubah pikiran?’
‘ Aku tidak berubah pikiran. Cinta telah cukup memberikan siksaan untukku. Cukup aku mengenal dan merasakan sedikit cintamu, walaupun mungkin kamu tidak sepenuh hati. Hatiku pun Cuma ada satu, jadi aku setuju mengakhiri semua ini..’
Faris mencoba melepaskan dekapan Ana. Ana tiba-tiba menangis.
‘ Tak perlu menangis. Aku tak pernah menyakitimu bukan? Pulanglah… kakakku pasti sudah menunggumu pulang.’
Faris mencoba berdiri. Dia harap Ana segera keluar dari kamarnya. Namun Ana tak bergeming, dia tetap terduduk di sofa berwarna coklat tempat mereka biasa bergumul melampiaskan cinta.
‘ Kamu marah?’
‘ Tidak, hanya saja sedikit sulit menerima semua. Kehidupan kakakku terlalu sempurna, dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan, termasuk kamu. Sangat berbeda denganku. Sudah, pulanglah…’
Faris membuka pintu kamarnya, mempersilakan Ana keluar. Ana berdiri lalu berjalan menuju pintu, tapi dia tidak keluar. Dia justru menutup pintu dan menguncinya.
‘ Pahami rasa rinduku…’
Ana memeluk tubuh Faris.
‘ Ana, pulanglah.. Aku paham rasa rindumu.’
Faris melepaskan tangan Ana dari lehernya.
‘ Kamu sudah tidak menginginkanku lagi? Apa sudah menemukan perempuan yang seperti bintang itu?’
‘ Kamu lah yang tidak pernah memahamiku. Aku terlalu banyak bermimpi selama ini..’
Faris kembali membuka pintu dan menyuruh Ana pulang.
‘ Baiklah jika kamu setuju. Kita tak akan bertemu dengan cara seperti ini lagi. Ah, seandainya boleh memilih, aku ingin dilahirkan sepantaran denganmu, dengan begitu mungkin aku tak bertemu Fandhi lebih dulu… Aku pamit.’
Faris tak menimpali kata-kata Ana lagi. Dia menahan rasa sakit lagi membiarkan Ana pergi. Dia melihat Ana berjalan menjauh dari kamarnya, dirasakan matanya mulai basah tapi segera dia usap dengan punggung tangannya.

Beberapa menit kemudian handphonenya bergetar. Ada pesan dari Ana.

From : S T E L L A R
+6281343994990
Faris,
Beritahu aku
jika kamu sudah menemukan
perempuan seperti bintang yg slalu
kamu impikan..
Aku akan tenang setelah itu.


Setelah membaca pesan dari Ana, Faris segera keluar dari kamar menuju balkon. Dia melihat langit malam ini penuh bintang. Tangan kanannya menggapai-gapai udara seolah mencoba meraih satu di antara ribuan bintang. Tak ada wajah lain yang dia lihat selain wajah Ana setiap kali melihat bintang.
‘ Mimpiku sudah berakhir. Aku tak akan pernah memilikimu, stellar..’







-It’s end-
September 11th, 2009
Inspired by: Incubus ‘Stellar’

MASA LALU

Masa lalu?
Apa yang terlintas saat mendengar kata ‘masa lalu’? kepedihan kah? Kebahagiaan kah? Atau hanya sebatas kata picisan tanpa makna?
Masa lalu seperti halnya selembar kertas kusam. Kita selalu memandang kertas kusam adalah kertas tanpa daya lagi. Tapi bukan itu. Kertas kusam pernah menjadi kertas paling tangguh yang mengabdikan raganya untuk kehidupan. Dan yang terjadi kemudian adalah hal yang membuat kertas tangguh itu menjadi kusam.
Apa tak ada kata terima kasih pada kertas itu?
Kertas kusam punya masa lalu, sama seperti kita. Bahkan sudah menjadi sesuatu yang hakiki untuk seseorang memiliki masa lalu. Ada tawa, air mata, dan yang pasti nafas.

Masa lalu…
Air pun selalu mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Mencari muara baru untuk bernaung mancari makna hidupnya. Air punya nafas, sama seperti kita. Kita pun tanpa sadar mengikuti arus air yang selalu setia mencari muara baru demi sebuah ketenangan hidup, dan hidup akan terus mengalir sama seperti air.
Aku terlalu banyak bicara, dan mencoba berfilosofi seperti kopi yang ditulis Dewi Lestari. Aku tetap tak pandai bermain kata dan merangkai makna. Yang aku tahu, hanya mencoba menyampaikan sedikit rasa untuk hidup. Karena terkadang kita lupa bahwa kita bahagia hidup seperti ini. Apapun keadaannya, jika kita bersyukur.
Aku bukan penyair yang mampu berkias arti dan menghibur hati yang terluka. Aku bukan Tuhan yang mendengar doa dan mengabulkan pinta. Aku manusia biasa. Tak bisa menghapus masa laluku, walaupun aku begitu menginginkannya. Ada bagian cerita yang tak berwarna karena hampir-hampir hitam pekat.

Aku tetap menjadi aku sampai saat ini. Aku adalah aku lengkap dengan ratusan masa lalu yang tak mampu jika ku ceritakan selama satu minggu padamu. Bahkan masa lalu tergelapku masih ku peluk di dadaku. Kadang masih ku rindukan pula. Untuk apa?

Jika kini aku sadari, masa lalu tak akan kembali walau kita tangisi, masa lalu tak akan terhapus dengan satu jentikan jari walau menyakiti.

Selembar kertas kusam pun masih mampu bernafas jika di daur ulang. Bermetamorfosa menjadi wujud baru yang lebih ajaib. Jadi, apa yang salah dengan masa lalu? Sekali pun itu kelam…

Masa lalu untukku adalah pembelajaran terhebat yang bahkan tak mampu seorang guru besar pun mengajarkannya padamu.

CARAMEL ICE CREAM

Ada hal yang tidak aku mengerti darimu. Kamu selalu melumat habis es krim rasa karamel setiap hari. Kenapa? Apa rasanya begitu lezat? Gigimu bisa keropos karena kebiasaanmu itu.
‘ Apa kamu tidak takut sakit gigi atau menjadi gemuk karena setiap hari makan es krim?’
‘ Tentu saja tidak.. Kamu mungkin perlu mencoba memakannya…’
Kamu menyodorkan es krim yang sudah kamu gigit tadi. Ah, tawaranmu menggodaku. Aku tidak terlalu tertarik dengan es krim rasa karamel itu, aku lebih tertarik dengan bekas gigitanmu.
‘ Kamu tidak perlu malu, cobalah… Kamu bisa ketagihan!’
Kali ini kamu semakin mendekatkan es krim itu ke mulutku. Perlahan aku membuka mulut, dan menggigit bagian es krim yang sudah kamu gigit. Enak, rasanya manis, itu pasti karena gigitanmu.
‘ Bagaimana?’
Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaanmu. Ingin sekali ku jawab bahwa es krim yang ku makan berasa sangat enak karena gigitanmu. Tapi ku urungkan niatku. Kamu akan terkekeh mendengar jawabanku yang dipengaruhi sugesti. Aku masih sadar, untungnya.

-CARAMEL ICE CREAM-

Sore itu hujan tiba-tiba turun, aku sudah menantikannya. Seketika kamu menelponku dari rumahmu. Mungkin di sana juga sedang hujan.
‘ Akhirnya, hujan turun juga… Kamu senang?’
‘ Ya, tentu saja. Apa di situ juga hujan?’
‘ Hmmm, seperti itulah… Selamat ya, kamu sudah terlalu lama menunggu hujan datang...’
‘ Hahaa.. Kamu ternyata masih ingat celotehku waktu itu..’
‘ Ya, aku tahu kalau kamu lebih mencintai hujan daripada aku..’
‘ Dan kamu lebih mencintai es krim karamel daripada aku..’
Kita berdua sama-sama tertawa sore itu. Suara tawamu yang renyah selalu mampu membuatku menjadi seseorang yang diinginkan.
‘ Kamu rindu pada hujan, rindukah juga padaku?’
Kamu bertanya seolah kita sudah 1 bulan tidak bertemu. Aku memandangi tetesan air hujan yang mengalir di kaca jendela kantorku.
‘ Bukankah kita baru saja bertemu semalam?’
‘ Tidak bolehkah jika aku merindukanmu setiap saat?’
Aku terdiam mendengar kata-katamu. Kamu kadang terlalu jujur, namun justru itulah kelebihanmu. Kamu bahkan takkan mampu berbohong walau seujung kuku padaku.
‘ Aku melihat hujan, ada kamu di situ…’
‘ Aku juga merindukanmu..’

-CARAMEL ICE CREAM-

Aku masih saja penasaran denganmu. Kamu tidak pernah menjawab pertanyaanku, kenapa kamu sangat menyukai es krim karamel. Kadang jika ku tanyakan, kamu hanya tersenyum kecil lalu dengan segera mengalihkan pembicaraan.
‘ Kamu benar-benar tidak ingin memberitahuku tentang es krim itu?’
Kamu terkekeh. Menertawakan kebodohanku menanyakan hal yang sangat sepele ini. Tapi aku tidak peduli, kamu membuatku sangat penasaran.
‘ Tak ada apapun dengan es krim ini…’
Jawabanmu malah membuatku semakin penasaran saja. Aku diam dan memanyunkan bibirku.
‘ Aku sungguh-sungguh…’
Aku tetap diam. Aku akan tetap diam jika kamu tidak segera memberitahu misteri di balik es krim karamel yang kamu makan setiap hari.
‘ Uh, baiklah.. Kamu tidak perlu marah seperti itu. Tak ada yang spesial dari es krim rasa karamel ini. Ini es krim biasa. Tak membuatku makin cantik ketika memakannya.’
Aku ingin tertawa mendengar kata-katamu. Tapi sebisa mungkin ku tahan, aku ingin kamu melanjutkan ceritamu.
‘ Yang membuatku sangat mencintai es krim ini adalah kamu..’
Wajahmu tiba-tiba merona setelah mengatakan itu. Aku membenarkan letak dudukku.
‘ Aku? Aku bahkan tak suka makan es krim..’
‘ Ya aku tahu itu.. Bukankah dulu kamu memberiku es krim karamel saat kamu memintaku menjadi kekasihmu? Kamu mungkin sudah lupa.. tapi aku tidak. Rasa es krim ini mungkin biasa saja, tapi ada sensasi tersendiri ketika aku memakan es krim karamel sejak itu. Ada cintamu di setiap gigitannya…’
Aku terperangah mendengar penjelasan darimu. Aku memang sudah lupa kejadian itu. Sudah begitu lama, hampir 3 tahun lalu.
‘ Kamu pernah bilang, hujan mampu membuatmu merasa jadi seseorang yang benar-benar hidup. Yang kamu rasakan saat itu mungkin sama denganku setiap kali aku memakan es krim ini, kamu membuatku merasa tetap hidup…’
Aku takjub. Kamu ternyata lebih mengenalku daripada aku sendiri. Aku berdiri dan segera memelukmu. Cinta mampu memberikan sensasi berbeda pada setiap manusia. Dan aku begitu beruntung dicintai seseorang sepertimu.




-end-
September 12th, 2009

B U K A H A T I M U

Entah sejak kapan rasa seperti ini muncul. Sepertinya sudah banyak tahun berganti sejak aku mencintaimu. Oh ya, aku ingat. Saat itu kita sama-sama sedang menjalani ujian masuk sebuah SMP favorit, pertama kali aku melihatmu. Sudah hampir 9 tahun yang lalu. Namun bagiku waktu yang tahunan itu tidak begitu mampu mengukur sejauh apa yang aku rasa padamu.
Saat itu kita menjalani ujian di dalam ruangan yang sama. Mataku tak cukup jeli sebenarnya, tapi saat melihatmu tertawa karena pensilmu tiba-tiba patah, membuatku tak henti-henti memandangi wajahmu. Kamu cukup cantik, dan seketika adrenalinku mengalir semakin deras. Aku ingin mengenalmu. Dan Tuhan sepertinya mengerti keinginan seorang laki-laki kecil yang mulai mengalami masa puber kala itu.
Waktu pengumuman tiba. Namaku menyembul di antara ratusan nama lain yang diterima. Lalu, aku tak tahu siapa namamu. Tapi di ujung laboraturium, kamu dan beberapa temanmu bersorak dan memanjatkan syukur. Aku pun begitu, kita sama-sama akan bersekolah di tempat ini.
Tuhan benar-benar baik padaku. Kita ditempatkan di kelas yang sama, kelas 1-B. Hari berganti, dan akhirnya aku berhasil mengetahui namamu bahkan mengenalmu. Entah karena kebetulan atau apa, kita sering disatukan dalam kelompok kecil. Membuatku semakin dekat denganmu.

Itulah awal aku mengenalmu. Banyak hal yang kamu ceritakan padaku, kamu ingat? Kamu memintaku menjadi sahabatmu. Dan tanpa banyak berpikir, aku segera menganggukkan kepalaku. 9 tahun waktu kita, terlalu banyak yang bisa kuceritakan tentangmu. Kamu mampu memandang banyak hal dari sudut lain yang tak biasa dipandang orang pada umumnya.
Saat itu, kamu selalu bercerita tentang laki-laki berparas seperti Armand Maulana yang membuatmu gila. Kamu berhasil menaklukan dia, dan kalian berpacaran saat kenaikan kelas 2 SMP. Kamu sepertinya mulai sibuk dengan Si Armand, dan aku sedikit terlupakan. Tapi tak apa, kamu akan datang padaku jika kamu bertengkar dengan Armand. Aku masih punya sedikit tempat di hatimu. Kamu sahabatku, terindah untukku.
Hubunganmu tak berjalan mulus. Armand memutuskan hubungan, dan kamu pun dengan mudah mendapatkan penggantinya. Laki-laki setelah Armand yang menjadi kekasihmu, aku lupa namanya. Aku tak begitu menyukainya karena aku tahu, dia juga merayu anak perempuan lain jika kamu tidak ada. Tapi, kamu selalu membanggakannya karena dia ketua OSIS. Hah, ya aku bukan siapa-siapa.

Kamu pernah bertanya, mengapa aku tidak punya pacar atau mengapa aku tak pernah menceritakan padamu siapa perempuan yang aku suka. Dan aku hanya mampu menjawab dalam hati, satu-satunya perempuan yang ada di hatiku adalah kamu. Kamu tidak benar-benar peduli akan jawabanku atas pertanyaanmu, karena kamu memang tidak pernah sungguh-sungguh ingin tahu lebih dalam tentang aku. Kamu hanya ingin membagi padaku tentang kisah cintamu yang baru.
Apa kamu ingat, aku pernah mencoba mengungkapkan perasaanku padamu? Kita masih kelas 3 SMA saat itu. Dan kamu segera tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuanku. Kamu mengira aku bercanda, dan dengan mudah kamu berkata tak mungkin bisa mencintaiku. Dan mungkin memang benar, kamu tak pernah mampu membuka sedikit celah hatimu untukku.
Ada beberapa laki-laki yang sempat memiliki status sebagai kekasihmu saat itu. Dan itu membuatku merasa seperti pecundang, aku tak pernah mampu mengungkapkan betapa aku mencintaimu bahkan aku bisa lebih baik dari semua laki-laki yang pernah kamu ceritakan padaku. Aku tetap pecundang, sampai saat ini. Tak mampu meyakinkanmu.

Saat ini, aku sedang mencari bahan untuk skripsi. Semester depan aku harus mengajukan judul untuk skripsiku. Sama juga sepertimu, walaupun sekarang kita kuliah di jurusan yang berbeda. Aku lebih memilih Teknik Informasi, dan kamu selalu ingin menjadi seorang guru Bahasa Inggris. Kamu selalu bilang, ‘ Bikin orang-orang open minded dengan kemajuan jaman, biar gak dikadalin terus sama orang luar.. Kalau ngomong saja gak bisa, lama-lama kita bisa habis..’.
Dan persahabatan kita masih sama seperti dulu. Aku bersyukur atas itu, meskipun kita semakin jarang saja bertemu.

Tadi malam kamu tiba-tiba menelponku. Kamu bilang kamu tidak bisa tidur dan suaramu terdengar serak di ujung sana. Rasa khawatir mulai menyerangku. Ternyata kamu bertengkar dengan kekasihmu yang baru, laki-laki asal Makasar yang pernah kamu kenalkan padaku saat reuni 2 bulan lalu.
Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan angka 1, dan kamu mulai bercerita panjang lebar tentang laki-laki Makasar itu. Kamu bilang dia sering bersikap kasar dan tak segan memukul jika kalian bertengkar. Kamu menangis. Seperti biasa, aku tak perlu berkomentar banyak-banyak karena aku memang cukup mendengarkan saja. Kamu selalu begitu, keras dan sering mengabaikan nasehat orang lain.
Percakapan kamu tutup dengan kalimat, ‘ aku tetap mencintai dia karena aku yakin dia juga sebenarnya sangat mencintaiku’. Jam 3 pagi, kamu mulai lelah dan menutup telepon tanpa mengucapkan terima kasih padaku. Tak apa, itu pun sudah biasa.
Namun tadi malam, kamu membuatku merasa sangat lemah. Waktu 9 tahun aku jalani dengan menempatkanmu di hati terdalamku, tak pernah terganti meski banyak hati menghampiri. Kamu sudah terlelap di sana, dan untuk pertama kali aku menangis setelah menahun bertahan mencintaimu. Selama ini aku tak pernah merasa begitu lemah karena mencintai sahabatku. Kamu tetap sahabatku, tetap terindah untukku.

Inikah cinta buta?
Tak perlu khawatir. Apapun yang kamu lakukan, meski menyakitkanku, aku tetap mencintaimu…





-Not yet-
September 12th, 2009
Inspired by Armada ‘ Buka Hatimu ‘

;;