HAVE YOU EVER by S CLUB 7

Sometimes it's wrong to walk away, though you think it's over
Knowing there's so much more to say
Suddenly the moment's gone
And all your dreams are upside down
And you just wanna to change the way the world goes round
Tell me...

Have you ever loved and lost somebody
Wished there was a chance to say I'm sorry?
Can't you see, that's the way I feel about you and me baby
Have you ever felt your heart was breaking
Looking down the road you should be taking?
I should know, 'cos I loved and lost the day I let you go

Can't help but think that this is wrong, we should be together
Back in your arms where I belong
Now I finally realized
It was forever that I found
I'd give it all to change the way the world goes round
Tell me...

Have you ever loved and lost somebody
Wished there was a chance to say I'm sorry?
Can't you see, that's the way I feel about you and me baby
Have you ever felt your heart was breaking
Looking down the road you should be taking?
I should know, 'cos I loved and lost the day I let you go

I really wanna hear you say that you know just how it feels
To have it all and let it slip away, can't you see
Even thought the moment's gone I'm still holding on somehow
Wishing I could change the way the world goes round
Tell me...

Have you ever loved and lost somebody
Wished there was a chance to say I'm sorry?
Can't you see, that's the way I feel about you and me baby
Have you ever felt your heart was breaking
Looking down the road you should be taking?
I should know, 'cos I loved and lost the day I let...
Yes I loved and lost the day I let...
Yes I loved and lost the day I let you go

Apa yang Terjadi dengan Kita ?

Apa yang terjadi dengan kita ?
Begitu banyak yang ingin kutanyakan padamu, pada hatimu…

Aku yakin, kamu memiliki ingatan yang bagus, tapi apakah kamu masih mengingatku ? Kemarin aku bertemu istrimu di sebuah toko pakaian. Tampaknya, dia ingin mencari pakaian baru untuk kostum lebaran, sama sepertiku.

Kamu tahu, dia terlihat begitu ragu sebelum masuk toko karena dia sudah melihatku di dalam toko itu. Aku mencoba ramah dan menyapa istrimu, dia temanku ketika SD dulu. Mungkin sudah terlalu lama aku tak melihatnya, dia begitu berbeda sekarang. Dia yang dulu begitu pendiam dan pemalu, sekarang berubah menjadi wanita yang modis.

Tapi dia tetap canggung. Dia hanya membalas senyumku, masuk sebentar, memegang beberapa pakaian yang tergantung, lalu keluar dengan segera.

Ada apa dengannya ? Saat itu, aku tidak tahu bahwa dia sudah menjadi istrimu.

Keesokan paginya, aku melihatmu dengan Honda Supra birumu melintas. Kamu juga melihatku. Kamu masih saja menatapku seperti tahun-tahun dulu. Hanya saja, sekarang kamu tak pernah berkata apapun lagi.

Hari itu aku bertemu sahabatku. Kami selalu berbagi banyak cerita. Biasanya, dia yang lebih tahu banyak hal yang terjadi di desa karena aku mulai jarang pulang.

Tiba-tiba, dia bercerita tentangmu. Tentang kamu dan teman SDku dulu yang sekarang sudah menjadi istrimu.

Kapan kalian menikah ? Sudah berapa lamakah ?
Itukah yang membuat istrimu merasa canggung bertemu denganku ?

Aku ingat sahabatku pernah memberitahuku bahwa kamu akan menikah dengan teman SDku itu. Tapi aku pernah berharap itu tak terjadi. Sekarang barulah aku tahu, kamu benar-benar menikahinya.

Lalu, kenapa pagi tadi kamu masih menatapku seperti dulu ?

Kamu sudah menikah. Masih bolehkah aku memikirkanmu ?

Apa yang terjadi dengan kita ?
Begitu banyak yang ingin kutanyakan padamu, pada hatimu…

Cintaku denganmu belum berakhir saat itu. Tahukah kamu, aku tetap menunggumu mengatakan sesuatu. Aku hanya ingin, jika memang sudah tak ada aku di hatimu, akhirilah cinta kita…

Aku terduduk di depan layar televisi saat ini. Menonton sinetron yang jalan ceritanya mulai tidak bermutu. Mungkin seperti jalan pikiranku yang mulai tidak bermutu, masih saja memikirkanmu, dan keputusanmu.

Cintaku padamu, masih sama seperti dulu. Biar kuingatkan padamu, kita sudah saling mencintai sejak kali pertama kita masuk pendidikan formal, sekitar 17 tahun lalu. Kali pertama kamu mencium pipi kananku. Keisengan seorang bocah laki-laki yang menumbuhkan cinta sesungguhnya pada tahun-tahun berikutnya.

Sampai beberapa tahun lalu, tiba-tiba kamu berhenti bicara padaku. Kamu berhenti menemuiku. Dan kamu berhenti menulis surat cinta untukku. Kamu pun tak lagi mendengarkanku bicara. Ada apa ?

Apa karena aku memutuskan meneruskan sekolah di sebuah kota yang jaraknya ratusan kilometer dari rumahmu ?

Tak ada laki-laki yang membuatku jatuh cinta lagi.

Sudah. Memang sudah berakhir.

Malam ini tidurku tak nyaman, bantalku basah kuyup karena air mataku tak berhenti keluar.

Tadi sore aku melihatmu berboncengan dengan istrimu, mengendarai Honda Supra birumu, berdua begitu mesra mengelilingi desa.




-sudah-
September 27th,2009
Dedicated to : Febri
Terima kasih atas kenangan masa kecil yang tak terlupakan

s t e l l a r


When I was child, I want to be an astronaut.
Go to the moon or another star and live there.
Drinking tea every afternoon, watch the earth come up.
That day, I saw you who shining like a star.
And my dream was change..
I want to be an astronaut but not live in the moon.
I want to stay in earth with you.
Loving you everytime, no need living in the moon because you are stellar…


Ana duduk di sebelah Faris, beberapa jam tanpa suara. Mereka berpikir keras dan mencoba menyusun kalimat-kalimat yang tidak sempat tersampaikan sebulan lalu.
‘ Kamu bahkan selalu memintaku mengakhiri semua ini..’
‘ Aku punya alasan ’
‘ Ya, aku tahu. Takkan berguna jika aku meneruskan pembicaraan ini. Aku tak pernah cukup pintar melawanmu berdebat ’
‘ Jangan begitu.. kali ini aku benar-benar sedang merasakan rindu padamu..’
Faris tertunduk. Rasa marah dan rindu bercampur di dadanya. Lalu Ana mencoba membujuk Faris, laki-laki yang usianya lebih muda 4 tahun darinya. Ana mendekat, lalu mengecup pipi kiri Faris.
Faris tetap diam dan tak berekspresi walaupun dia merasakan marah yang semakin menjadi-jadi. Dia mengangkat kepalanya lagi.
‘ Sedang merasa rindu? Apa aku tidak salah dengar?’
‘ Tidak, aku benar-benar merindukanmu.. entah kenapa..’
‘ Kamu datang karena rindu, lalu bagaimana jika aku yang merasa rindu padamu?!!’
Kali ini giliran Ana yang tertunduk.
‘ Kamu tahu, kamu sangat-sangat tahu bagaimana perasaanku.. Sudahlah, aku setuju mengakhiri semua ini.’
Ana terperanjat. Dengan seketika dia mendekap tubuh Faris.
‘ Kenapa kamu berubah pikiran?’
‘ Aku tidak berubah pikiran. Cinta telah cukup memberikan siksaan untukku. Cukup aku mengenal dan merasakan sedikit cintamu, walaupun mungkin kamu tidak sepenuh hati. Hatiku pun Cuma ada satu, jadi aku setuju mengakhiri semua ini..’
Faris mencoba melepaskan dekapan Ana. Ana tiba-tiba menangis.
‘ Tak perlu menangis. Aku tak pernah menyakitimu bukan? Pulanglah… kakakku pasti sudah menunggumu pulang.’
Faris mencoba berdiri. Dia harap Ana segera keluar dari kamarnya. Namun Ana tak bergeming, dia tetap terduduk di sofa berwarna coklat tempat mereka biasa bergumul melampiaskan cinta.
‘ Kamu marah?’
‘ Tidak, hanya saja sedikit sulit menerima semua. Kehidupan kakakku terlalu sempurna, dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan, termasuk kamu. Sangat berbeda denganku. Sudah, pulanglah…’
Faris membuka pintu kamarnya, mempersilakan Ana keluar. Ana berdiri lalu berjalan menuju pintu, tapi dia tidak keluar. Dia justru menutup pintu dan menguncinya.
‘ Pahami rasa rinduku…’
Ana memeluk tubuh Faris.
‘ Ana, pulanglah.. Aku paham rasa rindumu.’
Faris melepaskan tangan Ana dari lehernya.
‘ Kamu sudah tidak menginginkanku lagi? Apa sudah menemukan perempuan yang seperti bintang itu?’
‘ Kamu lah yang tidak pernah memahamiku. Aku terlalu banyak bermimpi selama ini..’
Faris kembali membuka pintu dan menyuruh Ana pulang.
‘ Baiklah jika kamu setuju. Kita tak akan bertemu dengan cara seperti ini lagi. Ah, seandainya boleh memilih, aku ingin dilahirkan sepantaran denganmu, dengan begitu mungkin aku tak bertemu Fandhi lebih dulu… Aku pamit.’
Faris tak menimpali kata-kata Ana lagi. Dia menahan rasa sakit lagi membiarkan Ana pergi. Dia melihat Ana berjalan menjauh dari kamarnya, dirasakan matanya mulai basah tapi segera dia usap dengan punggung tangannya.

Beberapa menit kemudian handphonenya bergetar. Ada pesan dari Ana.

From : S T E L L A R
+6281343994990
Faris,
Beritahu aku
jika kamu sudah menemukan
perempuan seperti bintang yg slalu
kamu impikan..
Aku akan tenang setelah itu.


Setelah membaca pesan dari Ana, Faris segera keluar dari kamar menuju balkon. Dia melihat langit malam ini penuh bintang. Tangan kanannya menggapai-gapai udara seolah mencoba meraih satu di antara ribuan bintang. Tak ada wajah lain yang dia lihat selain wajah Ana setiap kali melihat bintang.
‘ Mimpiku sudah berakhir. Aku tak akan pernah memilikimu, stellar..’







-It’s end-
September 11th, 2009
Inspired by: Incubus ‘Stellar’

MASA LALU

Masa lalu?
Apa yang terlintas saat mendengar kata ‘masa lalu’? kepedihan kah? Kebahagiaan kah? Atau hanya sebatas kata picisan tanpa makna?
Masa lalu seperti halnya selembar kertas kusam. Kita selalu memandang kertas kusam adalah kertas tanpa daya lagi. Tapi bukan itu. Kertas kusam pernah menjadi kertas paling tangguh yang mengabdikan raganya untuk kehidupan. Dan yang terjadi kemudian adalah hal yang membuat kertas tangguh itu menjadi kusam.
Apa tak ada kata terima kasih pada kertas itu?
Kertas kusam punya masa lalu, sama seperti kita. Bahkan sudah menjadi sesuatu yang hakiki untuk seseorang memiliki masa lalu. Ada tawa, air mata, dan yang pasti nafas.

Masa lalu…
Air pun selalu mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Mencari muara baru untuk bernaung mancari makna hidupnya. Air punya nafas, sama seperti kita. Kita pun tanpa sadar mengikuti arus air yang selalu setia mencari muara baru demi sebuah ketenangan hidup, dan hidup akan terus mengalir sama seperti air.
Aku terlalu banyak bicara, dan mencoba berfilosofi seperti kopi yang ditulis Dewi Lestari. Aku tetap tak pandai bermain kata dan merangkai makna. Yang aku tahu, hanya mencoba menyampaikan sedikit rasa untuk hidup. Karena terkadang kita lupa bahwa kita bahagia hidup seperti ini. Apapun keadaannya, jika kita bersyukur.
Aku bukan penyair yang mampu berkias arti dan menghibur hati yang terluka. Aku bukan Tuhan yang mendengar doa dan mengabulkan pinta. Aku manusia biasa. Tak bisa menghapus masa laluku, walaupun aku begitu menginginkannya. Ada bagian cerita yang tak berwarna karena hampir-hampir hitam pekat.

Aku tetap menjadi aku sampai saat ini. Aku adalah aku lengkap dengan ratusan masa lalu yang tak mampu jika ku ceritakan selama satu minggu padamu. Bahkan masa lalu tergelapku masih ku peluk di dadaku. Kadang masih ku rindukan pula. Untuk apa?

Jika kini aku sadari, masa lalu tak akan kembali walau kita tangisi, masa lalu tak akan terhapus dengan satu jentikan jari walau menyakiti.

Selembar kertas kusam pun masih mampu bernafas jika di daur ulang. Bermetamorfosa menjadi wujud baru yang lebih ajaib. Jadi, apa yang salah dengan masa lalu? Sekali pun itu kelam…

Masa lalu untukku adalah pembelajaran terhebat yang bahkan tak mampu seorang guru besar pun mengajarkannya padamu.

;;