Aku menyusuri jalanan becek ini seorang diri. Tak ada seorang pun yang terlihat di jalan ini, mungkin mereka enggan keluar rumah karena hujan terus saja mengguyur kota sejak pagi. Aku menghirup nafas panjang, mencoba mencium aroma hujan yang khas, dan menikmatinya.
Hujan sudah reda ketika aku sampai di depan rumah. Aku membuka gerbang dan meletakkan payung di teras. Baru beberapa saat aku mencoba merapikan rambut dan jaketku, hujan turun lagi.
Entah kenapa, tiba-tiba aku menangis.
Hujan hari ini seolah menumpahkan semua derita yang ku alami. Aku terduduk di jalan becek itu dan menangis sejadi-jadinya.
Hujan hari ini seolah memberiku kesempatan untuk berteriak atas semua duka yang menimpa. Bahkan hujan tetap saja setia mengguyur ketika badanku mulai menggigil.
Aku sungguh mencintai hujan...
Hanya hujan yang tahu betapa aku merindukan orang itu saat ini. Aku sungguh mencintai hujan, seperti aku mencintainya. Aku setia menunggu hujan reda, sampai nanti ketika hujan memulihkan luka, dan aku akan tetap merindukannya sampai hujan tak lagi meneteskan duka...
dengarkan aku... ku merindukanmu....”
0 komentar:
Posting Komentar